Eramuslim – ADALAH fakta bahwa sumber air hujan terbanyak dari air laut yang menguap. Namun ketika sudah berbentuk hujan, rasanya jadi tawar.
Tentu fakta air hujan dari laut terasa tawar merupakan karunia Allah SWT. Sebab jika Ia menghendaki, air hujan itu bisa juga tetap asin.
Allah berfirman, “Pernahkah kamu memperhatikan air yang kamu minum? Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah kami yang menurunkan? Sekiranya Kami menghendaki, niscaya Kami menjadikannya asin atau pahit. Lalu mengapa kamu tidak mau bersyukur?” (Al-Waqi’ah: 68-70)
Kata ujajan dalam ayat tersebut berarti asin atau pahit yang tidak bisa diminum. Air hujan secara alamiah terasa tawar dan merupakan air yang paling bersih.
Seandainya Allah menghendaki untuk menjadikan air hujan terasa asin atau pahit, tentu Dia sudah melakukannya. Jika bukan karena rahmat dan anugerah Allah, tentu air hujan akan berubah menjadi asin sehingga tidak bisa dimanfaatkan oleh manusia, hewan, dan binatang.
Air tawar bergerak dalam ruang lingkup atmosfer. Jika ada zat-zat yang mencemarinya, baik yang berupa karbon monoksida, karbon dioksida, nitrogen, maupun zat-zat pencemar yang lain, maka ketika air itu turun dalam bentuk hujan, ia akan mengalir sekali lagi dalam bentuk hujan asam.
Sebab, sebagian besar oksida itu ketika mengalir di dalam air akan berubah menjadi zat asam yang berdampak terhadap makhluk hidup. Faktanya, ada banyak pengaruh negatifnya terhadap manusia.