Eramuslim – Ciri-ciri negara berkembang adalah adaptasi yang lamban warga dan pemerintahnya terhadap cuaca. Di Indonesia kala kemarau tiba krisis air melanda di mana-mana, sedangkan di kala hujan tak sedikit sejumlah wilayah dilanda banjir berkepanjangan.
Jauh-jauh hari Nabi Muhammad SAW sesungguhnya telah mengajarkan bagaimana ketika umat dan para sahabatnya memohon agar kekasih Allah tersebut berdoa memohon kecukupan cuaca. Kala kemarau panjang tiba, Rasulullah diminta untuk berdoa memohon hujan.
Rasulullah pun memenuhi permintaan umat dan para sahabat itu. Maka beliau berdoa dan tak lama hujan pun turun. Sayangnya, hujan yang datang terlalu kencang sehingga menghancurkan permukiman warga, tumbangnya pepohonan, hingga binatang ternak yang menderita sakit.
Dari kejadian itu, para sahabat kembali mengadu ke Rasulullah SAW dan kemudian Nabi Muhammad SAW berdoa sebagaimana hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari:
اَللّهُم َّحَوَالَيْناَ لا عَلَيْنَا
Artinya: “Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, (dan hujan itu) bukan untuk merusak kami.”
Dalam riwayat Imam Bukhari lainnya, Rasulullah juga berdoa:
اَللّهٌمَّ صَيِّبًا نَافِعاً
Artinya: “Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat,”.
Apa yang diajarkan Rasulullah melalui doanya adalah bukti ketaatan seorang hamba. Datangnya hujan bisa jadi membawa keberkahan pada manusia asalkan kita tak henti untuk berdoa dan memperbaiki perilaku kita terhadap lingkungan.
Menjaga lingkungan dimulai dengan hal paling sederhana yakni mengelola sampah rumah tangga masing-masing, niscaya diri kita layak untuk berdampingan dengan alam.
Dan tak lupa, berdoa dengan apa yang diajarkan Nabi Muhammad SAW adalah hal baik yang perlu kita teladani. Semoga hujan di musim ini mendatangkan rahmat bagi seluruh umat di Indonesia. Allahumma shayyiban nafi’an. (rol)