Eramuslim – APABILA di depan kita ada makanan enak serta gratis, dan di situ juga ada ular yang bersembunyi. Lalu, informasi manakah yang terpenting, tentang ular dan keberadaannya, atau tentang kelezatan makanan gratis itu?
Kalau hanya memikirkan nikmatnya makanan, kita bisa digigit ular dan makanannya tetap utuh. Maka, jalan terbaik adalah kita harus membereskan ularnya terlebih dahulu, baru makanannya bisa kita nikmati.
Atau, misalkan saudara sedang menempuh perjalanan sendirian. Ketika merasakan haus, tampak dan terdengar gemerincing sebuah mata air yang bening dan gratis pula. Namun jalan menujunya ditanami banyak duri.Tentunya, kita tidak akan Iangsung berlari sumringah, tetapi akan sangat berhati-hati agar tidak sampai terkena duri. Kita akan mencari tahu bagaimana agar duri-duri tersebut bisa dihindari.
Jadi, informasi terpenting yang harus dicari terlebih dulu adalah yang berbahaya. Begitu pula ibaratnya dalam hidup. Kita jangan dulu fokus pada hal-hal yang menyenangkan, tetapi yang paling penting adalah apa yang membahayakan kita.
Lalu, apa atau siapakah yang paling membahayakan kita dalam hidup ini?Tidak sesuatu dan seorang pun yang paling berbahaya, kecuali diri kita sendiri. Hidup kita yang resah dan gelisah penyebabnya adalah diri sendiri.
Seperti antara dicopet dan mencopet. Kalau dicopet, kita shock ataupun sedih hanya sepanjang mengurus pembuatan ulang KTP dan kartu-kartu yang lain, serta menambah giat bekerja untuk mengumpulkan kembali uang yang diambil si copet. Lain halnya dengan si pencopet. Dia akan tersiksa sepanjang waktu. Bahkan, kalau sampai ketahuan, yang malu bukan hanya si pencopet, tetapi juga orang tua, saudara, istri, anak, teman teman, tetangga dan semuanya kecewa, malu dan marah. Bahkan, cap copet bisa terus terpajang walaupun dia sudah meninggal. Keluarga dan anak kita bisa dikucilkan, atau merasa rendah diri dalam pergaulannya.