Ibnu Katsir menerangkan bahwa sabar ada tiga macam. Pertama, sabar dalam meninggalkan urusan haram dan dosa. Kedua, sabar dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kesabaran yang kedua adalah yang paling besar pahalanya, karena memiliki nilai yang hakiki. Ketiga, yaitu sabar dalam menghadapi bencana, yaitu tidak berkeluh kesah dan tidak berputus asa saat mengalami musibah, melainkan semakin mendekat dan memohon ampunan kepada Allah SWT.
Ada satu kisah di dalam sejarah kehidupan Rasululah saw. Suatu ketika, Rasulullah melintasi sebuah kawasan perkuburan. Di sana beliau melihat seorang ibu yang sedang menangis tersedu-sedu sambil menutup mukanya di atas pusara kuburan anaknya yang baru saja dimakamkan. Kemudian, beliau menghampiri ibu tersebut dan berkata kepadanya, Wahai ibu, bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah.
Ibu itu kemudian menjawab, Engkau tak tahu apa yang aku rasakan!
Lalu, Rasulullah pun meninggalkannya. Salah seorang sahabat yang bersama Rasulullah dan menyaksikan peristiwa tersebut berkata kepada ibu tadi, Apakah engkau tahu siapa yang berbicara denganmu tadi? Beliau adalah Rasulullah saw!
Betapa terkejutnya ibu itu. Lalu, dengan bergegas ia mengejar Rasulullah saw dan memohon maaf atas sikapnya tadi. Rasulullah bersabda, Sesungguhnya kesabaran yang sejati adalah pada saat pertama kali seseorang terkena suatu musibah! (HR. Bukhari). (inilah)