Ada pun pengertian sabar secara istilah adalah kokohnya pendirian seseorang untuk tetap berada di jalan kebenaran, tanpa terpengaruh oleh situasi dan kondisi apa pun. Pikirannya tidak tercemar untuk menuruti ajakan hawa nafsunya. Jiwanya menolak untuk berputus asa.
Lidahnya tidak berkeluh kesah kecuali mengadu hanya kepada Allah semata. Sedangkan anggota badannya, bisa ia tahan dari melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak diridai oleh Allah. Hatinya tidak merasa gelisah, melainkan selalu berada di dalam keimanan. Sedangkan kebalikan dari sabar adalah gelisah, tergesa-gesa, pesimis, takut, putus asa, lemah dan mudah menyerah.
Dari pengertian di atas, Allah SWT menegaskan kembali di dalam al-Quran mengenai gambaran orang yang bersabar melalui firman-Nya, …Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah. Allah menyukai orang-orang yang sabar. (QS. Ali Imran [3]: 146)
Dalam ayat ini, setidaknya ada tiga kriteria seseorang telah bersabar. Pertama, tidak lemah mental atau tidak menjadi penakut (maa wahanuu). Yaitu, ketika ia berhadapan dengan suatu situasi yang sulit seperti kesulitan ekonomi atau kesulitan lainnya, itu tidak membuatnya menjadi putus asa dan menyerah kepada keadaan. Melainkan ia memiliki daya kontrol yang baik terhadap dirinya sendiri. Ia mau tetap bertahan dan bangkit untuk meraih kondisi yang lebih baik.
Kedua, tidak lesu atau murung (maa dhaafuu). Seseorang yang sabar pantang untuk menampakkan kesedihan atau kesulitan yang dihadapinya di hadapan orang lain. Seseorang yang sabar tidak akan memperlihatkan kemurungan di wajahnya sesulit apa pun masalah yang ia dihadapi. Ia tidak akan membiarkan orang lain turut risau karena melihat kemurungan dirinya. Jika pun ia harus mengekspresikan kelemahan dirinya dalam menghadapi suatu persoalan, kesulitan atau kesedihan, maka ia ungkapkan hanya kepada Allah melalui sujud-sujudnya pada salat malam.
Ketiga, tidak menyerah, tidak pasrah (maastakaanuu). Seseorang yang memiliki kesabaran tidak akan tenggelam di dalam kesedihan. Sebaliknya, ia justru bersikap pantang menyerah dan optimis bahwa ia bisa meraih pencapaian yang lebih baik lagi. Ia memiliki keyakinan kuat bahwa kesedihan, kesulitan atau persoalan yang ia hadapi hanyalah secuil ujian yang perlu ia hadapi dengan lapang dada. Ia juga memiliki keteguhan hati bahwa ada Allah yang akan menjadi Penolong bagi dirinya. Ketika ia menghadapi suatu kegagalan pada hari ini, maka ia mencobanya esok hari dengan lebih baik lagi. Usaha sebaik mungkin dan doa tiada henti, itulah yang ia lakukan.