Maka dari itu, Allah tidak menyukai manusia pendengki. Mengapa? Karena, pendengki adalah orang yang tidak menyukai perbuatan Allah SWT. Pendengki adalah orang yang kurang iman. Pendengki adalah orang yang buruk sangka kepada Allah. Dan, pendengki adalah orang yang tidak mengakui bahwa Allah Mahabaik dan Maha Adil.
Ketika Allah menakdirkan sesuatu keberuntungan kepada salah seorang dari hamba-Nya, maka pendengki tidak rela pada takdir tersebut. Ia tidak suka orang lain beruntung dan ingin supaya keberuntungan itu berpindah kepadanya. Jika demikian maka berarti ia tidak suka kepada Dzat yang menghendaki takdir itu terjadi, yaitu Allah SWT.
Allah menciptakan seseorang memiliki kelebihan, supaya kita bisa belajar darinya. Allah menakdirkan ada orang yang berjasa pada kita, supaya kita bisa berterima kasih. Sehingga semua ini menjadi ladang amal bagi kita.
Berani mengakui kebaikan, keunggulan, kelebihan orang lain akan melatih kita untuk memiliki hati yang lapang. Jika hati lapang, maka mudah sekali bagi kita untuk bahagia, jauh dari rasa cemas dan gelisah. Sedangkan hati yang sempit membuat kita mudah merasa sengsara, seolah menjadi makhluk paling kasihan di dunia.
Berani mengakui jasa orang lain melatih kita untuk ringan menghaturkan rasa terima kasih dan berupaya membalas kebaikannya. Penting bagi kita untuk berbaik sangka bahwa jasa dan kebaikan orang lain kepada kita dilakukan secara tulus tanpa mengharap pamrih atau balasan apa pun. Namun, penting pula bagi kita untuk membalas kebaikan dengan kebaikan dan niat tulus hanya mengharap rida Allah.
Karena Rasulullah bersabda, Hendaklah kalian saling memberi hadiah, niscaya kalian akan saling mencintai. (HR. Bukhari)
Anjuran Rasulullah agar kita saling memberi hadiah bisa dipahami juga sebagai anjuran untuk saling membantu, saling memberi kebaikan dalam bentuk apa pun. Karena perbuatan yang demikian bisa menumbuhkan rasa persahabatan dan persaudaraan. Sensitif pada keadaan orang lain serta menumbuhkan kepedulian dan empati.