Eramuslim – CARUT marut hukum di Indonesia tampak selaras dengan nasib negara yang kini disibukkan dengan masalah yang tak kunjung usai. Kini, keadilan di negara yang kita cintai seolah-olah dijadikan permainan. Aneh tapi ini terjadi. Yang salah menjadi benar, dan yang benar menjadi salah.
Itulah fenomena yang tampak, semua terbalik. Tak jarang orang yang membela kebenaran terlihat seperti orang jahat. Tak berperikemanusiaan. Tak memiliki empati. Sebaliknya, orang jahat menampilkan kesan sebagai orang suci.
Kedamaian dan keadilan seolah tak terlihat lagi. Contoh, Gayus H. Tambunan seorang aparat pemerintah yang menikmati hak rakyat dan harta negara dengan cara tak halal (korupsi). Ia dinyatakan bersalah tapi hanya divonis 7 tahun masa tahanan dengan denda 300 juta. Sanksi yang tak sepdang dengan akibat dari tindakannya. Merugikan negara bahkan menjungkirbalikkan tatanan moral bangsa ini.
Pejabat kini tak lagi merasa malu dan takut melakukan kesalahan memakan uang rakyat. Suap menyuap demi keamanan dirinya dan hartanya kini terus terjadi. Korupsi yang tak kunjung usai atau vonis hukuman yang seringkali tak sesuai dengan apa yang telah dilakukan oleh para koruptor.