Terapi atau obat berikutnya adalah membaca dan merenungkan ayat-ayat al-Quran sebagaimana tersirat dalam potongan ayat unzila fiihi al-Quran (bulan yang didalamnya diturunkan al-Quran). Menurut sejarah, Jibril selalu datang kepada Nabi Muhammad pada bulan Ramadhan untuk memaca al-Quran. QS 17: 82 jelas menyebut al-Quran sebagai syifa (penyembuh) dari segala penyakit dalam kehidupan ini. Siapa yang senantiasa bersama al-Qur’an, damailah hatinya. Air mata yang mengalir saat membacanya, bukanlah menjadikannya semakin sedih melainkan menyirami hati untuk bahagia. Air mata yang mengalir karena al-Quran sungguh sangat berbeda pangkat dan maknanya dengan air mata yang jatuh karena mendendangan dan mendengarkan lagu-lagu.
Terapi atau obat ketiga adalah berdoa yang terbaca jelas dalam firmanNya ujiibu dawat al-daI idzaa daaan (aku penuhi permintaan orang yang berdoa ketika berdoa kepadaKu). Kegalauan dalam hidup seringkali tidak menemukan jalan keluar adalah karena kita melupakan senjata yang digunakan oleh semua Nabi, yakni doa. Rasulullah menyatakan bahwa “doa adalah otak ibadah” dan bahwa “doa adalah senjata orang beriman,” tetapi mengapa banyak umatnya yang melupakan doa sembari menyandarkan kesuksesan hidupnya kepada selain Allah?
Terapi atau obat keempat adalah mengagungkan Allah (wa li tukabbiruLLAH). Penyakit kehidupan berupa kebingungan, kepanikan dan kesedihan hidup seringkali hadir di hati manusia yang mengagung-agungkan Allah. Ketika di kepala dan hatinya bersemayam kekuasaan atau harta kekayaan sebagai yang dominan, maka pastilah keseluruhan energinnya digunakan untuk memperoleh dan mempertahankannya. Ketika energi terkuras untuk selainNya, maka tinggal menunggu waktu hadirnya kelelahan batin yang sering disadarinya ketika sudah akan bertemu kematian.