Membenci janganlah disebabkan karena benci terhadap fisik, melainkan bencilah dikarenakan adanya tingkah laku atau kebiasaan yang tidak diridai Allah SWT. Bencilah perilaku, sifat yang tidak diridai-Nya, janganlah membenci orangnya. Sehingga rasa benci yang demikian akan mendorong seseorang untuk mengoreksi, mengingatkan dan memperbaiki saudaranya. Benci yang demikian hakikatnya adalah cinta.
Ketika seorang ayah memukul anaknya karena tidak salat sedangkan usia anaknya sudah melewati masa baligh, maka pukulan ayahnya bukanlah kebencian, melainkan rasa cinta. Jika pun pukulan sang ayah karena kebencian, maka kebencian itu kepada perbuatan tidak salat, bukan kebencian kepada diri anaknya. Ayah tersebut memukul anaknya agar ia salat, agar ia mendapat pelajaran dan keselamatan.
Bagaimana cara mengelola rasa benci yang tidak jarang muncul di dalam hati kita terhadap seseorang. Saudaraku, kebencian kita biasanya dipicu karena ada hal pada dirinya yang tidak kita sukai. Padahal harus kita sadari, sangat sulit bahkan mustahil segala apa yang terjadi di dunia ini adalah hal-hal yang kita sukai. Apalagi setiap diri manusia bukanlah makhluk yang sempurna.
Kiat atau tips yang bisa kita lakukan untuk menepis rasa benci pada seseorang adalah dengan melihat sisi lain dari diri orang itu. Karena seburuk-buruknya perilaku seseorang, ia pasti memiliki sisi baiknya. Bahkan bisa jadi kebencian kita padanya hanya disebabkan secuil perilaku kecilnya yang tidak sesuai dengan kita. Di balik itu, boleh jadi justru amat banyak hal-hal baik yang akan kita sukai.
Rasulullah saw pernah bersabda, “Tidak boleh seorang mumin (suami) membenci seorang muminah (istrinya), bila dia tidak menyenangi satu dari perilakunya, dia tentu menyukai (perilakunya) yang lain.” (HR. Muslim)
Ada pelajaran berharga dari hadis ini. Hendaknya kita selalu siap menerima kenyataan bahwa orang yang memiliki hubungan dengan kita, baik itu pasangan, kerabat atau teman, tidaklah sempurna. Jika ada satu hal atau lebih yang tidak kita sukai dari dirinya, maka carilah sisi lain dari dirinya yang positif dan kita sukai. Insya Allah hal ini akan semakin mempererat persaudaraan kita dengannya.
Dengan demikian, kita bisa terhindar dari perasaan saling membenci. Bahkan, kita bisa memiliki kemampuan mengelola rasa benci di dalam hati kita dan mengubahnya menjadi rasa cinta yang memperkokoh tali persaudaraan. (Inilah)