Saat berbuat kebaikan, kita jangan terpengaruh oleh pandangan orang. Ada yang tidak percaya atau menghina, biarkan saja. Itu urusan dia. Meskipun kita sudah membantu dengan segenap tenaga, waktu, perhatian bahkan biaya tapi malah direndahkan, maka tidak ap apa. Kita harus tetap berbuat kebaikan IiIlaa hita’ala. Kita tidak punya urusan dengan penilaian dan pengakuan makhluk.
Kalau orang melotot kita melotot lagi, orang membeberkan aib kita membeberkan lagi, orang menghina kita menghina lagi, orang pelit kita pelit lagi, lalu untuk apa kita sekolah lama-Iama ? Untuk apa tiap malam Jumat ikut pengajian? Kalau kuliah ujungnya hanya bisa meniru kejelekan orang, lebih baik keluar dari kampus. Untuk apa kita menghafal al-Quran kalau keterampilan yang didapat hanya mencontoh keburukan orang?
Saudaraku yang baik. Kita harusnya memiliki pilihan sendiri. Orang melotot, menghina, atau pelit itu pilihan dia, dan dia sendiri yang bakal menanggungnya. Masa kita ikut-ikutan jelek? Pilihan kita adalah dermawan, tidak melotot dan tidak menghina, karena ini yang disukai Allah. Pilihan kita bukan sesuatu yang disukai oleh nafsu.
Jangan mau diatur oleh keburukan orang lain. Kita hanya mau diatur oleh apa yang disukai Allah, yaitu kebaikan. Pilihlah apa yang dicintai Allah saja. Karena yang menentukan semuanya adalah Allah Swt. Ia selalu menyaksikan dan mengawasi.Tidak ada sehalus apa pun yang luput dari pengawasan-Nya.
Mungkin ada yang ragu, “Tapi, dia terus-terusan menghina saya.” Tetap tidak apa-apa. Mengapa kita harus memikirkan dia? Dia bukan siapa-siapa bagi kita. Bukan dia yang menghidupi kita, bukan dia yang memberi pahala. dan bukan dia yang menentukan surga atau neraka. Kita tidak perlu membalas atau meniru keburukannya. Kita harus tetap berbuat baik, seperti mendoakannya yang baik. Yang segala-galanya bagi kita adalah Allah.
Atau umpamanya, “Saya mau baik padanya, tapi dia berdagang di sebelah saya, dan dagangannya sama persis.” Meski begitu, tapi wajah saudara harus tetap biasa saja, jangan dibuat-buat berat saat berkata “sama persis.”Karena berdagang dengan dagangan yang sama dan bersebelahan, bukan berarti rezeki kita tertukar. Allah Yang Maha Melihat dan Mahateliti tidak mungkin bingung membagikan rezeki.