Eramuslim – SAUDARAKU. Misalkan saudara menghadiri pengajian Kira-kira mengapa saudara bisa hadir di sana? Nah, boleh jadi disebabkan kebaikan-kebaikan yang telah saudara lakukan. Misalnya pada waktu ke warung, dan saat membayar barang seharga delapan ribu dengan uang sepuluh ribu, saudara berkata, “Bu, kembaliannya untuk ibu”. Lalu dalam hati ibu pemilik warung berdoa, “Ya Allah, jadikan orang ini termasuk orang yang dekat dengan-Mu.”
Jadi, ketika kita duduk di dalam pengajian itu, sebetulnya berseliweran doa-doa orang yang pernah kita lakukan kebaikan padanya. Mungkin bagi kita kebaikarn itu tidak ada apa-apanya. Karena amal yang hebat di sisi Allah adalah yang dirasa tidak ada apa-apanya. Kalau kita merasa amal yang kita lakukan hebat, atau butuh diakui orang, maka amal itu justru tidak ada apa-apanya di hadapan Allah.
Ketika berbuat baik lillaahi ta’ala, sebetulnya di dunia ini kita sudah langsung memperoleh balasannya. Walaupun tidak ada orang yang melihat atau mendoakan, tapi Allah pasti menyaksikan. Kita jangan mengatur Allah. Karena balasan kebaikan yang terpenting adalah rasa nikmat di hati. Ketika kita ikhlas, kita merasa sangat nikmat dalam menolong orang. Sama seperti salat yang disukai Allah, waktu mengerjakannya terasa khusyuk dan nikmat. Atau, terasa begitu nyaman ketika bertobat dengan tobat yang disukai Allah.
Nah, saudaraku. Perbanyaklah kebaikan sekecil apa pun, dan IiIIaahita’a/a. Ketika kita ada maupun tidak ada, sedang punya maupun kekurangan, buatlah segalanya menjadi kebaikan.Termasuk berbaik sangka dan berbicara yang baik. Allah pasti menyukai. “Dan berbuat baiklah. Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. al-Baqarah [2]: 195)