Selanjutnya, kita harus berusaha mencari llmu tentang Allah, yaitu tentang nama dan sifat-sifat-Nya. Kita bisa mencari ilmu ini kepada orang yang sudah yakin kepada Allah, bukan yang sekadar tahu maupun hebat menghapal. Bukankah orang yang tahu belum tentu meyakini? Maka, ilmu dari orang yang yakin kepada Allah akan lebih meyakinkan.Tahu menjadi ilmu, yakin menjadi hikmah. Orang yang sudah yakin kepada Allah, bicaranya tidak hanya kata-kata, tetapi juga nada, raut muka, dan sikapnyajuga utuh serta mantap meyakinkan.
Lalu, mujahadah. Ilmu yang didapatkan harus diamalkan. Allah yang menakdirkan kita mendapat ilmu dan Allah melihat kita. Seperti sekarang ini, kita mendapat ilmu tentang bagaimana mendapatkan cinta Allah, yaitu bertanya dan bulatkan tekad di hati, dan mencari ilmu tentang Allah. Di sini pengamalan menjadi sangat penting.
Tanpa adanya pengamalan, ilmu yang kita miliki tidak akan membawa manfaat apa-apa, baik bagi dirinya sendiri ataupun orang lain. Maka, tidak ada pilihan lain bagi kita selain bersungguh-sungguh mengamalkan ilmu yang sudah didapat. Sesungguhnya, siapa mengamalkan ilmu yang ada, Allah Ta’ala pasti akan mewariskan ilmu lain yang belum kita ketahui.
Terakhir, carilah lingkungan yang kondusif. Bersyukurlah bagi saudara yang diberi karunia bisa ikut pesantren dan rutin mengikuti pengajian di masjid. Adapun bagi yang memang belum bisa karena terkendala aktivitas sehari-hari, tetap tenang.Tidak mungkin semua orang meninggalkan pekerjaannya.
Hadirnya lingkungan yang kondusif sangat diperlukan untuk menjaga kondisi hati dan kualitas amal kebaikan kita. Maka, tidak ada salahnya kita beraktivitas, asalkan lingkungan pergaulannya tetap dijaga. Bergaul dengan penjual minyak wangi akan ikut harum, bergaul dengan pandai besi akan terkena bau pembakaran.Tingga di pesantren juga belum tentu menjadi saleh, jika hatinya tidak menghadap kepada Allah Ta’ala.