Eramuslim – “KEBAJIKAN apa pun yang kamu peroleh adalah dari Sisi Allah, dan keburukan apa pun yang menimpamu itu dari kesalahan dirimu sendiri.” (QS. an-Nissa [4]: 79)
Jadi, pada suatu waktu, saya ditakdirkan berdakwah ke Singapura. Di sana disuguhi sejumlah makanan. Tapi hampir semua makanan itu merupakan pantangan. Yang tersisa hanya cumi-cumi kecil. Maka disantap lah terus cumi-cumi itu.Tanpa terasa sudah tidak bersisa. Tidak lama kemudian efeknya mulai terasa, dan ternyata asam urat.
Begitulah, saudaraku. Kalau kita tidak hati-hati, nafsu bisa mengendalikan. Seperti menghabiskan suguhan cumi-cumi sampai ke sisa-sisanya. Padahal, tanpa cumi-cumi itu saya bisa hidup seperti biasa. Tapi nafsu membuatnya hanya enak di lidah. Sedangkan sebagian anggota badan tidak bisa bergerak, sehingga harus diobati dokter.
Kemudian, saya berangkat menuju teman-teman marinir di Cilandak. Membicarakan tentang acara tabligh yang akan diadakan di sana. Setelah pembicaraan selesai, lalu teman-teman di sana mengajak, “Aa’, itu akan ada perlombaan menembak, ayo ikut!” Karena dulu memang pernah latihan menembak di sana, dan tembakannya dianggap jitu.Tapi anggapan jitu ini pula yang membuat lupa, sehingga ingin memperlihatkan. Meskipun dokter sudah berpesan agar hati-hati menjaga sakit yang baru mulai sembuh.
Dan benar. “Duar! Duar! Duar!”Tidak ada yang mengenai sasaran. Di samping menahan malu karena biasanya kena menjadi tidak kena, juga rasa sakit yang kambuh lagi. Mengganti baju tidak bisa, memegang sarung dan sikat gigi pun tidak memungkinkan. Itu hanya, maaf, disebabkan ingin memperlihatkan jitu yang dulu. Ternyata oleh Allah dibuat pelurunya ke mana-mana. Na’udzubillah.