Eramuslim – SAUDARAKU. Misalkan ada yang berikhtiar mencari sebuah rumah. Rumah itu ada di tengah hutan pegunungan yang luas. Orang itu hanya tahu ada rumah di sana, tapi ia tidak tahu alamat maupun arahnya. Lalu, karena merasa, kuat, berani, dan keren, dia langsung masuk saja ke dalam hutan. Ia pun mengabaikan papan peringatan.
Akibatnya, setelah menempuh beberapa puluh meter ia mulai bingung dan gugup. Mencapai seratusan meter sudah sering terpeleset, dan memaki-maki hutan yang menanjak dan curam. Maju lagi sekian langkah makin pusing, karena berjalan sambil tak henti berpikir. Hingga ia pun menggigil saat mendengar ada suara mengaum. Saat itu ia tersadar sedang berpegangan pada papan Peringatan.
Lalu, ia melihat lagi apa yang tertulis di sana: “Bagi Yang tidak tahu jalan, silakan melapor dan pasrahkan sepenuhnya kepada kami. Akan kami antarkan sampai tujuan dengan tepat dan selamat.” Ia meneriaki dirinya sendiri, “Mengapa tidak melapor dari tadi? Saya benar – benar bodoh!”
Kemudian ia melapor. Disampaikannya bahwa ia mencari sebuah rumah di dalam hutan. Tanpa berani menceritakan apa yang telah dialami sebelumnya. Tapi sebetulnya penunjuk jalan juga sudah menyaksikan dari menara, serta dari pakaiannya yang kumal dan sobek Hanya pura-pura tidak tahu demi menjaga perasaan orang itu.
“Baiklah, sudah jadi janji kami untuk mengantarkan. Tapi tas yang setinggi badanmu ini isinya apa?” Orang itu menjawab,” ini hanya beras, alat masak, dan gas elpiji 12 kilo.” “Tidak perlu! Tinggalkan semua, di hutan banyak makanan.Termasuk kedua galon air yang diikat di lehermu itu juga tinggalkan, di sana ada mata air.”