Banyak sekali yang salah kaprah dalam memahaminya, sehingga Ramadan dijadikan semacam bulan pelampiasan baik untuk salat, puasa, sedekah dan ibadah lainnya, tentunya untuk meraih keuntungan pahala sebanyak-banyaknya, syukur-syukur segala dosa diampuni sehingga ketika keluar dari Ramadan kondisinya bersih bagaikan bayi yang baru dilahirkan.
Meski pada dasarnya kita dibolehkan mencari pahala, rahmat, dan ampunan sebanyak-banyaknya, tetapi kita juga harus tetap ingat bahwa fokus ibadah kita tetap pada Allah. Di samping itu, ibadah tidak hanya khusus pada bulan Ramadan.
Ramadan bermakna bulan yang dipilih oleh Allah untuk menempa dan menguji setiap orang beriman untuk menjadi orang bertakwa kapan pun dan dimana pun berada. Makna ini memberikan kita pengertian lebih bahwa Ramadan mengandung nilai-nilai dan pelajaran-pelajaran untuk dijadikan kesadaran mendasar pada hati tiap-tiap orang beriman untuk selalu menjaganya di setiap waktu dan tempat.
Dalam sejarah emas Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wasallam, sahabat, serta salafus saleh (ulama terdahulu), maka kita akan menemukan kenyataan menarik mengenai penyikapan mereka terhadap bulan Ramadhan. Apa yang mereka lakukan di bulan Ramadhan, tetap terjaga di bulan-bulan lainnya.
Mereka paham betul bahwa Ramadhan merupakan momentum untuk beramal dan berkarya yang ditularkan pada bulan-bulan selanjutnya. Ketika Ramadhan telah pergi, mereka berdoa agar diperjumpakan kembali dengan Ramadhan. Tak sedikit dari mereka yang sejak jauh-jauh hari mempersiapkan diri untuk menyambut bulan Ramadhan.
Bagi mereka, ibadah dalam bulan Ramadhan dimaksudkan untuh melatih diri agar bertakwa(sesuai Qs. Al-Baqarah: 183), sedangkan takwa harus terus diupayakan oleh orang beriman baik dalam bulan Ramadhan maupun bulan-bulan lainnya.