Eramuslim – MOMENTUM Ramadan tiap tahunnya- selalu menjadi magnet yang menarik hati orang mukmin untuk selalu menyambut kedatangannya; menyimpan aroma wangi kerinduan yang membuat setiap orang beriman kangen keharumannya.
Karena itulah, tidak mengherankan masyarakat Muslim pada umumnya- jika Ramadan datang, masjid yang sebelumnya hanya berisi satu shaf, tiba-tiba menjadi penuh; orang yang biasanya jarang berinfak tiba-tiba berinfak; orang yang biasanya jarang mengaji, tiba-tiba ramai-ramai mengkhatamkan Alquran; orang yang biasanya tak pernah salat malam, tiba-tiba mengikuti salat Tarawih.
Selama ini Ramadan dimaknai hanya sebagai bulan suci dan mulia yang patut disambut dan dimuliakan kedatangannya dengan amalan-amalan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah. Karena begitu besarnya pahala, ampunan, dan rahmat yang ditaburkan Allah ta`ala pada bulan ini, banyak orang yang meresponnya sebagai momen yang tepat untuk meraih pahala sebanyak-banyaknya, meminta ampunan sebesar-besarnya, memohon rahmat seluas-luasnya.
Akibatnya, Ramadan seolah-olah dijadikan sebagai pabrik pahala, sehingga yang keluar darinya pasti meraup pahala sebesar-besarnya; Ramadan seakan-akan dijadikan sebagai pabrik ampunan yang membuat orang terlepas dari segala dosa selepas darinya.
Apa ada yang salah dengan makna Ramadan selama ini, sehingga kita perlu memaknainya kembali? Sebenarnya, makna yang berkembang selama ini di masyarakat secara umum tidak ada salahnya sama sekali. Hanya saja, makna yang selama ini dipahami berakibat negatif pada sikap orang pada umumnya dalam memperlakukan Ramadan.