Eramuslim – Saling mencintai karena Allah SWT (bersahabat) dan bersaudara dalam agamanya termasuk di antara bentuk pendekatan diri yang paling utama sekaligus buah dari akhlak mulia. Kedua-duanya merupakan akhlak terpuji.
Tentang persaudaraan dan persahabatan Allah SWT berfirman dalam QS Ali Imran ayat 103:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara”
Imam al-Ghazali melalui ikhtisar Ihya Ulumuddin menyarankan, jangan sembarangan memilih kawan, karena ketahuilah bahwa tidak semua orang layak dijadikan sebagai sahabat atau berkawan. Rasulullah SAW bersabda.
“Seseorang tergantung pada agama sahabat karibnya. Maka hendaklah salah seorang dari kalian memerhatikan pada siapa dia bersahabat dekat.”
Menurut sang Hujatullah Islam ini, ada beberapa sifat yang harus diperhatikan dalam mencari teman titik yaitu berakal pandai, berakhlak baik, tidak fasih, tidak ahli bidah dan tidak rakus dunia. Adapun akal adalah modal utama. Amirul Mukminin, Ali bin Abi Thalib berkata: