2. Akal
Yang membedakan manusia dengan hewan adalah akal. Akal pulalah yang menjadikan manusia lebih mulia dari makhluk-makhluk lainnya. Dengan akal manusia mampu mengenali hakikat sesuatu, Mencegahnya dari kejahatan dan perbuatan jelek. Membantunya dalam memanfaatkan kekayaan alam yang oleh Allah diperuntukkan baginya supaya manusia dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifatullah fil-ardhi (wakil Allah di atas bumi) (QS.2:30;33:72). Kebutuhan akal adalah ilmu (QS.3:190) untuk pemenuhan sarana kehidupannya.
3. Ruh (hati)
Kebutuhannya adalah zikrullah (QS.13:28;62:9-10). Pemenuhan kebutuhan ruhani sangat penting, agar ruh/jiwa tetap memiliki semangat hidup, tanpa pemenuhan kebutuhan tersebut jiwa akan mati dan tidak sanggup mengemban amanah besar yang dilimpahkan kepadanya.
Dengan keseimbangan, manusia dapat meraih kebahagiaan hakiki yang merupakan nimat Allah, karena pelaksanaan syariah sesuai dengan fitrahnya. Untuk skala ketawazunan akan menempatkan umat Islam menjadi umat pertengahan / ummatan wasathon (QS.2:143), Yaitu umat yang seimbang.
Kebahagiaan pada diri manusia itu dapat berupa:
– Kebahagiaan batin/jiwa, dalam bentuk ketenangan jiwa (QS.13:28)
– Kebahagiaan zahir/gerak, dalam bentuk kesetabilan, ketenangan ibadah, bekerja dan aktivitas lainnya.
Dengan menyeimbangkan dirinya, maka manusia tersebut tergolong sebagai hamba yang pandai mensyukuri nikmat Allah. Hamba/manusia seperti inilah yang disebut manusia seutuhnya.
Contoh-contoh manusia yang tidak tawazun:
– Manusia Atheis: tidak mengakui Allah, hanya bersandar pada akal (rasio sebagai dasar).
– Manusia Materialis: mementingkan masalah jasmani/materi saja.
– Manusia Pantheis (kebatinan): bersandar pada hati/batinnya saja.
So,mari kita hidup seimbang ya. Wallahu’alam bis showab. (Inilah)
Oleh Ustazah Lely