Terlebih, Rasulullah SAW, meski sudah mendapatkan jaminan dari Allah dari segala perbuatan-perbuatan dosa yang dapat menda tangkan murka-Nya, ia tak lantas merasa sombong dan pongah. Bahkan, beliau SAW terus memelihara rasa takutnya kepada Allah, tawadhu, dan bersyukur. Hingga, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut terhadap Allah SWT.”
Diriwayatkan, saat Rasul mendengar seseorang berkata terhadap seorang anak yang telah meninggal, “Selamat wahai anak kecil. Engkau bersama burung dari burung-burung di surga.” Seketika, Rasul SAW marah dan berkata, “Apakah engkau tahu bahwa akan terjadi seperti itu? Demi Allah, sesunguhnya aku utusan Allah dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi bagiku kelak di hari kiamat. Allah menciptakan surga dan menciptakan penghuninya yang tidak akan bertambah serta tidak berkurang.”
Demikianlah rasa takut yang Rasulullah SAW perlihatkan kepada kita, yakni rasa takut hanya kepada Allah SWT—takut atas murka dan tidak mendapatkan ridha-Nya, bukan takut terhadap kekuatan selain kekuatan Allah berupa setan, mistis, santet, atau ilmu hitam lainnya. Na’udzubillah.
Takut kepada Allah bukan lantas menjauh dan menghindar, melainkan terus berusaha mendekat dan menggapai ridha-Nya. Takut kepada Allah muncul dari pengetahuan akan sifat dan keagungan-Nya, sehingga kita terus merasa kecil dan lemah di hadapan Allah SWT. Allah berfirman dalam Alquran:
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
“Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama (yang mengetahui kebesaran Allah SWT).” (QS Fatir [35]: 28) ROL