Para pengikut itu lantas berdoa:
قَالُوا رَبَّنَا مَنْ قَدَّمَ لَنَا هَٰذَا فَزِدْهُ عَذَابًا ضِعْفًا فِي النَّارِ
“Mereka berkata (lagi), “Ya Tuhan kami, barang siapa menjerumuskan kami ke dalam (azab) ini, maka tambahkanlah azab kepadanya dua kali lipat di dalam neraka.” (QS Shad ayat 61).
Menurut Yunan Yusuf, orang-orang yang berkedudukan sebagai pemimpin apakah skala kecil atau skala besar, termasuk pemimpin negara seharusnya tidak membawa pengikutnya ke lembah kedur hakaan.
Mereka seharusnya menjadi contoh bagi masyarakat. Jika mereka melakukan kejahatan dan kedurhakaan, layak sekali diberi hukuman yang melebihi dari orang biasa.
وَقَالُوا مَا لَنَا لَا نَرَىٰ رِجَالًا كُنَّا نَعُدُّهُمْ مِنَ الْأَشْرَارِ
“Dan (orang-orang durhaka) berkata, “Mengapa kami tidak melihat orang-orang yang dahulu (di dunia) kami anggap sebagai orangorang yang jahat (hina).” (QS Shad: 62)
Pertengkaran ini membawa mereka untuk menemukan orang-orang dahulu di dunia yang mereka hinakan.
Merekalah kaum beriman. Mereka yang merasa bersalah, mencari kenapa orang-orang mukmin itu dulu mereka hinakan di kehidupan dunia. mereka mencaci maki mencelanya sebagai pem bawa kebohongan. Apalagi kepada Rasulullah SAW yang mengajak kepada mereka kebenaran. Sambil menyesal, mereka mengatakan:
أَتَّخَذْنَاهُمْ سِخْرِيًّا أَمْ زَاغَتْ عَنْهُمُ الْأَبْصَارُ
“Dahulu kami menjadikan mereka mengolok-olok kan, ataukah karena penglihatan kami yang tidak melihat mereka?” (QS Shad: 63).
Sayangnya, penyesalan itu muncul bukan di dunia tetapi ketika berada di akhirat. Tepatnya neraka Jahanam. Penyesalan itu pun sudah tak ber guna.