Kalau orang qana’ah merasa puas terhadap apa yang ada pada dirinya sendiri itulah sesungguhnya orang kaya. Tetapi kalau orang tak pernah puas terhadap apa yang mereka miliki, sekalipun konglomerat, sekali pun menjabat jabatan paling tinggi, tapi kalau dia tidak pernah merasa puas maka sesungguhnya itu adalah orang miskin.
“Jadi orang miskin itu bisa kita definisikan orang yang tidak pernah puas terhadap apa yang ada pada dirinya sendiri,” terang Prof Dr Nasaruddin Umar.
Oleh karena itu qan’aah adalah orang yang bersikap dan merasa puas terhadap karunia yang Allah berikan kepada kita. Nah itulah yang kita harapkan sebetulnya, tenang, nyaman, nikmat, sejuk, bahagia, damai, kenapa? Qana’ah sudah berada dalam diri setiap orang itu.
Tapi kalau enggak ada qana’ah dalam diri kita sendiri, kita sudah punya segalanya, tapi belum cukup. Selalu tak pernah cukup.
Nah kalau hidup ini tidak pernah cukup maka pada hakikatnya itu adalah sebuah penderitaan. Orang yang tak pernah merasa cukup terhadap apa yang Allah karuniakan terhadapnya. Orang itu pada hakikatnya adalah orang miskin.
Jadi kemiskinan itu bukan karena tidak ada hartanya, kemiskinan dia terlalu banyak kebutuhannya dan selalu membutuhkan dan tidak pernah merasa puas. Itulah hakikat orang-orang miskin.
Kita dianjurkan oleh agama kita, agama Islam untuk qana’ah. Mari kita merasakan apa yang disebut dengan qana’ah. (Okz)