“Pa…, seperti orang lagi kelebihan duit aja… Ngapain bagi-bagi duit sampai segitu banyak..?!” tanya Ima kepada Zainal suaminya. “Sudahlah Ma, pokoknya aku mau berbagi rezeki kepada keluarga di kampung kita ini, insya Allah pasti dibalas berlipat-lipat olehNya” jelas Zainal kepada Ima.
***
Tahun itu Zainal sedang pulang mudik Iedul Fitri ke kampungnya di Maninjau, Bukit Tinggi. Sebagaimana urang awak di perantauan, kembali ke kampung setiap kali lebaran Iedul Fitri adalah sebuah tradisi yang jangan sampai terlewatkan. Mereka yang mencoba peruntungan nasib di perantuan dan sudah sukses, akan kembali dengan membawa sedikit rezeki mereka setiap kali lebaran demi berbagi untuk handai taulan di kampung yang kurang bernasib baik.
Itu juga yang dilakukan Zainal setiap tahun. Namun berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Di tahun 2004, Zainal membawa uang untuk disedekahkan dengan nilai hampir Rp 40 juta. Padahal di tahun sebelumnya, kisaran sedekah yang ia berikan antara 5-10 juta saja.
***
Allah Swt tidak pernah tidur dan tidak pernah lupa untuk membalas kebaikan setiap hamba-Nya.
***
Usai cuti lebaran Zainal kembali masuk kerja. Para karyawan menyambutnya seraya bersalaman mengucap selamat Iedul Fitri. Suasana halal bi halal terasa kental di lingkungan kantor Zainal. Kini ia sudah masuk ke dalam ruangannya. Ia berdiri di antara kursi dan mejanya. Namun sebelum ia duduk, hp yang ia bawa terdengar berbunyi.
“Pak Haji Zainal, selamat Iedul Fitri dan mohon maaf lahir batin! Ini Joko rekanan kerja bapak…” terdengar suara di seberang telpon Zainal. “Oh sama-sama pak Joko… Mohon maaf lahir batin juga ya!” sahut Zainal. “Begini pak haji…, saya ingin minta bantuan yang sedikit mendesak. Saya tahu pak haji Zainal usahanya bukan dibidang beginian. Tapi barangkali pak haji bisa bantuin saya cari barang…” jelas Joko. “Nyari barang apa, pak Joko?!” tanya Zainal. “Bapak tahu pantat low-bed khan?! *perusahaan saya mencari yang seken/bekas. Kira-kira haji Zainal bisa bantuin nyari gak ya….?” tanya Joko.
Terus terang Zainal belum pernah punya pengalaman mencari barang seperti ini. Selama ini bisnis Zainal hanya berkutat seputar dunia forwarding (pengiriman barang). Namun anehnya Zainal mengiyakan tawaran itu. “Kalau haji Zainal bisa bantu cariin, saya mohon dalam 3 hari ini ya…!”
Pembicaraan pun terputus setelah tenggat waktu 3 hari yang disepakati mereka berdua. Usai telpon ditutup, maka kini Zainal berpikir keras hendak mencari kemana barang yang dimaksud?
***
Sudah puluhan kenalan ia kontak. Beberapa tempat industri sekeliling Jakarta sudah ia sambangi. Namun semua itu tidak memberikan hasil apa-apa. Padahal tenggat waktu tersisa 1 hari lagi.
“Subhanallah…!!!” Zainal terhenyak dari duduknya di atas mobil. Seolah ia baru saja mendapatkan ilham dari Allah atas keberadaan sebuah pantat low-bed yang pernah ia lihat. “Kita ke Padalarang, pak…!” seru Zainal kepada supirnya.
Hati Zainal cemas penuh harap. Teringat peristiwa hampir 3 tahun sebelumnya bahwa ia pernah melihat sebuah pantat low-bed ditaruh di pinggir jalan Padalarang dengan sebuah papan bertuliskan DIJUAL. Padahal saat itu kondisi jalan gelap karena malam dan hujan pun mengguyur sepanjang perjalanan. Saat itu Zainal melihat barang itu tanpa sedikit pun perhatian. Namun kini, ia berharap kepada Allah, semoga pantat low-bed itu masih teronggok di sana.
***
Allah mengabulkan doa Zainal. Setibanya di sana, ia dapati pantat low-bed berwarna kuning itu sudah banyak berkarat. Segera saja ia mengontak pemiliknya. Dan rupanya pemiliknya mau menjual murah barang tersebut. Maka disepakatilah antara Zainal dan pemilik low-bed itu nilai Rp. 50 juta.
Malam itu juga Zainal menelpon Joko memberitahukan bahwa ia sudah menemukan barang yang dimaksud. Joko senang mendengar kabar ini, dan ia berjanji esok pagi akan membawa serta bossnya seorang expatriate bernama Phillip. Maka keesokan pagi mereka semua datang ke lokasi pantat low-bed untuk check fisik.
Hati Zainal agak sedikit khawatir sebab biasanya orang asing agak rewel kalau membeli barang. Apalagi pantat low-bed ini sudah berkarat di sana-sini.
Namun jauh di luar dugaan Zainal, rupanya Phillip merasa puas dan ia merekomendasikan agar barang tersebut langsung dibeli.
Maka usai melihat barang tersebut. Masing-masing mereka pulang dengan kendaraannya.
***
Di atas mobil sepulangnya dari Padalarang, Zainal ditelpon Joko. “Pak Haji, Alhamdulillah boss saya sudah setuju dengan barang tersebut. Silakan kirim surat penawaran harganya kepada kami. Di-fax aja biar langsung saya ajukan ke atasan!” jelas Joko melalui handphone. Zainal pun mengiyakan.
Keesokan paginya, Zainal membuat surat penawaran yang diminta. Dalam surat tersebut ia tulis semua spesifikasi pantat low bed yang dimaksud. Maka saat hendak menulis harga ia berhenti sejenak… Zainal agak bingung mencantumkan berapa harga yang mau ditawarkan. Dalam hal ini ia belum punya pengalaman. Namun bismilllah, dengan nama Allah ia beranikan diri mencantumkan harga Rp 175 juta.
Usai dibuat, surat penawaran itu pun difax langsung ke nomer kantor Joko.
Belum lama berselang, hape Zainal berdering dan ternyata dari Joko. “Saya sudah terima surat penawaran dari pak haji. Tapi kayaknya harganya terlalu mahal tuh!” Joko membuka pembicaraan. “Silakan saja pak Joko kalau mau tawar..!” sambut Zainal.
“Kalau boleh nawar bisa gak Rp10 juta…?!” tanya Joko. Mendengarnya Zainal kaget dan langsung membalas, “Yang benar saja, pak Joko. Masa harga Rp 175 juta ditawar cuma 10 juta?!”
“Eh… maksud saya bukan nawar barang itu menjadi 10 juta, tapi saya bermaksud bisa gak barang tersebut saya tawar harganya menjadi berkurang 10 juta dari angka yang ditawarkan. Jadi harganya 165 juta, bisa gak pak haji?!”
Subhanallah…., Zainal seolah tidak percaya dengan tanggapan dan penjelasan Joko. Ia pun langsung bersemangat dan mengatakan, “Gak ada masalah, silakan saja ambil barang itu dengan harga yang pak Joko bilang!”
Pembicaraan pun disudahi dan setelah mendapatkan surat pembelian barang dari perusahaan Joko, maka Zainal pun mengirimkan pantat low-bed itu ke gudang perusahaan Joko. Dalam beberapa hari dana Rp 165 juta sudah terkirim ke rekening Zainal.
***
Sore itu Zainal pulang ke rumah dengan hati berbunga-bunga. Ia bernyanyi dan bersiul mengekspresikan hatinya yang riang. Masuk rumah ia tidak langsung ke kamar dan berganti pakaian. Ia duduk di ruang tamu sambil terus bernyanyi dan bersiul. Istrinya memperhatikan gelagat aneh ini. Kemudian Ima sang istri bertanya kepada Zainal apa yang terjadi. Zainal menukas, “Nih lihat dalam buku tabungan ada uang masuk gak…?” Begitu melihatnya, Ima langsung berujar, “Alhamdulillah…., rezeki dari mana nih Pa?” Zainal langsung berkomentar, “Ini adalah balasan dari Allah saat kita berbagi rezeki kepada kerabat di kampung kemarin. Kamu lihat sendiri khan berapa besar Allah langsung membayarnya?!”
Ima pun mengangguk mengiyakan penjelasan suaminya. Keduanya kini sadar bahwa berbagi di jalan Allah akan mendatangkan balasan berlipat ganda. 40 juta rupiah yang mereka bagikan, hanya dalam hitungan hari dibalas menjadi Rp 165 juta.
Inilah perniagaan yang tiada pernah merugi. Apakah ada tawaran bisnis yang lebih baik dari ini? Hendak kemana kalian berpaling?!
– Bobby Herwibowo-
* Kata yang betul adalah Low Bed Trailer, yaitu sebuah jenis truk yang didesain agak rendah belakangnya memiliki jumlah roda yang banyak untuk mengangkut alat-alat berat.