Sementara itu sedekahmu kepada pezina, mudah-mudahan dapat mencegahnya berbuat zina kembali dan sedekahmu kepada orang yang kaya mudah-mudahan dapat memberikan pelajaran baginya agar menginfakkan (sebagian) harta yang diberikan Allah kepadanya.” (HR. Bukhari). Ini semua adalah contoh sedekah kepada orang yang sehat secara fisik.
Pahala tingkat kedua adalah sedekah yang akan diganti dengan 90 kebaikan, yakni sedekah kepada orang buta dan tertimpa musibah. Dalam hadits Qudsi disebutkan, “Jika Aku mengambil penglihatan hamba-Ku, maka tidak ada balasan yang lebih pantas kecuali surga.” (HR. Bukhari). Tentu bersedekah kepada orang buta juga berpahala besar.
Nabi SAW berpesan, “Barangsiapa meringankan kesusahan hidup seorang mukmin di dunia, niscaya Allah akan meringankan salah satu kesusahan hidupnya pada hari kiamat. Barangsiapa memberi kemudahan kepada orang yang kesulitan niscaya Allah akan memberi kemudahan baginya di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim).
Pahala tingkat ketiga adalah sedekah yang akan diganti dengan 900 kebaikan, yakni sedekah kepada kerabat yang membutuhkan. Nabi SAW bersabda, “Sedekah kepada orang miskin hanya mendapatkan pahala sedekah saja, sedang sedekah kepada sanak kerabat mengandung dua keutamaan, yaitu sedekah dan menyambung tali kekerabatan.” (HR. Turmudzi).
Pahala tingkat keempat akan diganti dengan 100.000 kebaikan, yakni sedekah kepada kedua orangtua. Allah SWT berpesan, “Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.” (QS. Lukman/31: 14).
Pahala tingkat kelima akan diganti dengan 900.000 kebaikan. Inilah sedekah yang diberikan kepada ulama atau ahli fikih. Sebagai informasi, kelima tingkat sedekah yang diutarakan oleh Imam Jalaluddin al-Suyuthi di atas, dikutip juga oleh Sayyid Abdurrahman Ba Alawi dalam kitabnya Bughyatul Mustarsyidin, sebuah karya kompilasi hukum yang sangat terkenal. (rol)
Oleh Dr KH Syamsul Yakin MA