Dalam sebuah kisah, tiga laki-laki menanyakan kepada istri Nabi tentang kebiasaan Nabi Muhammad Saw dalam beribadah. Seorang di antara mereka bersumpah akan melakukan salat sepanjang malam, berpuasa setiap hari, bahkan menyatakan tidak akan menikah demi mementingkan ibadah kepada Allah.
Mendengar hal itu, Rasulullah bersabda: “Demi Allah, akulah yang paling takut kepada Allah di antara kalian, dan aku yang lebih tahu tentang Allah pula, aku berpuasa tetapi tidak setiap hari, aku salat tapi tidak sepanjang malam, dan aku pun menikah; siapa yang tidak mengikuti jalanku, bukanlah umatku.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Nabi juga mengingatkan para sahabat untuk tidak berlebihan (ekstrem), dan selalu menganjurkan untuk melakukan segala sesuatu secara sepantasnya. Saat dihadapkan pada dua pilihan, Nabi selalu memilih yang paling mudah, selama ia tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Tuhan tidak menghendaki kesulitan dan beban bagi umatNya. Beriman kepadaNya, mengingat dan beribadah kepadaNya dan berbuat baik pada sesamaitulah kewajiban dasar harian yang diminta Allah kepada hambaNya (selain kewajiban lain seperti puasa Ramadan, misalnya, yang dilaksanakan setahun sekali).
Saat ingin menambahkan sesuatu perbuatan ibadah, hendaklah kita mengingat sabda Rasulullah Saw.: “Perbuatan baik seseorang tak akan mampu memasukkannya ke dalam surga (maksud Rasulullah adalah, tak seorang pun masuk surga hanya karena perbuatan baiknya).“
Para sahabat bertanya: “Bahkan jika orang itu paduka, ya Rasulullah?“
Nabi menjawab: “Bahkan diriku. Kecuali jika Allah melimpahkan belah kasihNya padaku.” (HR. Bukhari)
Lalu saat istri beliau, Aisyah, bertanya perbuatan apa yang dicintai Allah, Rasulullah menjawab,”Perbuatan yang dilakukan secara terus menerus, meskipun kecil.” Lalu tambahnya: “Lakukan sesuatu yang mampu kalian lakukan.” (HR. Bukhari-Muslim)