Eramuslim – Rezeki adalah misteri. Berbicara soal rezeki, mayoritas orang akan selalu meminta agar ditambahkan jumlahnya hingga berlimpah dalam setiap doa yang dipanjatkan. Padahal, sebetulnya bukan jumlah yang utama, melainkan keberkahannya.
“Kita perlu merumuskan dengan benar bahwa rezeki yang membahagiakan adalah rezeki yang diridhoi Allah SWT. Nah sebetulnya yang kita minta itu, keberkahan dari rezeki yang diberikan Allah. Berkah artinya apa? Kualitas yang lebih tinggi, tidak jumlahnya tapi kualitas bukan kuantitas,” tegasnya kepada Okezone di kantor MUI pusat, beberapa waktu lalu.
Doa agar diberikan rezeki halalal, thayyiban dan mubarokan, kata KH Risman Mochtar, merupakan salah satu adab bagi seorang hamba kepada tuhannya. Jika kita sebagai makhluk tidak berdoa kepada Allah, maka kita sombong dan takabur, karena seolah-olah kita bisa segala hal. Ulama yang akrab dipanggil Buya Risman ini menambahkan bahwa doa dan usaha juga harus seimbang dalam urusan rezeki.
Ia mengutip ayat Alquran surat Al-Baqarah ayat 202 yang berbunyi, “Mereka itulah orang-orang yang mendapat bagian daripada yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.”
Buya Risman mengatakan, dalam urusan dunia kita akan mendapatkan hasil dari proses yang kita lakukan. “Sunnatullah-nya proses menentukan hasil, kalau prosesnya bagus ya hasilnya juga akan bagus,” ujarnya.
Akan tetapi Risman juga kembali mengingatkan bahwa yang membedakan usaha atau ikhtiar sambil berdoa dengan yang tidak terletak pada keberkahannya.
Ia mengatakan mungkin jumlahnya tidak banyak, tapi keberkahan yang ada di dalamnya yang membedakannya. Sebab, banyak orang yang rezekinya banyak tapi tidak berkah dan justru membuatnya menjadi gelisah.