5. Memakai gelang, ikat pinggang, benang dan semacamnya untuk tolak bala. Termasuk hal ini ialah mengikatkan tali di perut bayi atau pergelangan tangannya. Yaitu tali khusus berwarna hitam campur merah yang diikatkan di perut dan tangan bayi, ada yang menyebutnya tali kendit. Tujuannya untuk tolak bala, agar anak tersebut tidak diganggu oleh roh jahat dan agar selamat dari bahaya sakit dan penyakit.
6. Masih pada anak-anak, berupa azimat tolak bala. Berupa secarik kertas yang ditulisi serangkaian huruf Arab namun tak terbaca meski sarat maknamenurut mereka(ada yang menyebutnya rajah). Ditulis pada tengah malam Jumat kliwon lalu dibungkus dengan kain dan semisalnya untuk dipakaikan sebagai kalung. Tujuannya agar anak terhindar dari berbagai penyakit, tidak mudah terkejut, dan lain-lainnya.
7. Azimat serupa dibuat untuk suami atau istri yang mandul. Untuk istri yang mandul, dicarikan pangkal batang pisang sobo dicampur dengan beberapa bahan jamu lainnya untuk diminum. Sedang bagi suami yang mandul, harus puasa selama tujuh hari dengan dibacakan surat Inna anzalnaahu (mungkin maksudnya surat al-Qodarpen.) seribu kali pada malam Jumat, dan ketika hendak berhubungan suami-istri masing-masing harus mengenakan azimat tersebut. Tujuannya agar mendapatkan keturunan.
8. Bagi para pedagang, pemilik toko, kedai, warung dan lain-lainnya, di rumah maupun di luar rumah dibuatlah azimat pelaris. Azimat ditulis di kertas pada malam Kamis Legi atau Senin Legi. Diletakkan di sekitar barang dagangan atau lebih utama di peti tempat uang. Tujuannya agar dagangannya laris terjual.
Dan masih banyak kesyirikan-kesyirikan lainnya yang masih belum kami sebutkan di sini. Semoga dengan mengetahui pokok-pokoknya akan kita ketahui yang lainnya.
Pengaruh jelek maupun baik, mara bahaya maupun kemanfaatan, semuanya Alloh-lah yang mengaturnya. Dia-lah yang menimpakan mara bahaya, Dia pula yang memberi kemanfatan. Tidak ada satu makhluk pun yang kuasa melakukannya selain Allah semata. Dia azza wajalla berfirman: