Namun, persahabatan atas dasar cinta bagaimana yang paling ideal? Jawabannya, menurut Imam Al-Ghazali, persahabatan yang abadi didasari oleh mahabbah fillah, yaitu cinta pada seseorang bukan karena orangnya, melain kan karena sisi-sisi ukhrawi darinya. Seperti mencintai guru karena dialah perantara memperoleh ilmu dan memperbaiki amal.
Maksudnya, ilmu dan amal yang membawa keselamatan di akhirat. Mencintai siswa, karena berkat dia, guru bisa mengamalkan ilmunya, termasuk mahabbah fillah. Orang yang bersedekah dengan memasak makanan yang lezat lalu mengundang tamu-tamu menyantap di rumahnya.
Niatnya semata-mata taqorrub ilallah termasuk mahabbah fillah. Menikahi seorang wanita untuk menjaga kesucian diri, terhindar dari godaan setan agar agamanya terpelihara, agar lahir anak-anak yang saleh, dan dia mencintai istrinya sebagai alat untuk mencapai semua tujuan itu, termasuk juga mahabbah fillah. Rasul SAW bersabda:
المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يُخَالِل
“Seseorang dinilai dari agama sahabatnya, hendaklah kamu menilai dengan siapa ia bergaul.” (HR Ahmad dan Abu Daud).
Benar sekali, menilai kapasitas, karakter, dan kualitas agama seseorang, cukup lihat siapa sahabat-sahabatnya. Hari ini kita melihat, motivasi pertemanan sekadar menambah kenalan dan relasi. Jarang sekali ada motivai tawasi bil haq wa tawasi bish shobr (saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. (rol)