Eramuslim – Tidak sedikit kaum muslimin yang membaca Alquran dengan isti’jal (cepat dan terburu-buru). Padahal banyak ulama salaf dari kalangan para sahabat dan generasi setelah mereka yang membenci membaca Alquran dengan cara demikian. Hal ini karena membaca secara isti’jal akan menghilangkan kebaikan yang paling besar dari tujuan diturunkannya, yaitu untuk ditadaburi dan diambil pelajaran.
Dikutip dari buku Tajwid Lengkap Asy-Syafi’i karya Abu Ya’la Kurnaedi, salah satu adab yang diajarkan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yakni membaca dengan Tartil, maksudnya tidak terlalu cepat atau terburu-buru dalam membaca Alquran. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
…وَرَتِّلِ الْقُرْءَانَ تَرْتِيلًا
“… dan bacalah Alquran itu dengan perlahan-lahan“. (Alquran surat Al-Muzammil ayat empat).
Imam ath-Thabari berkata ketika menjelaskan ayat tersebut, “Perjelaslah bacaan Alquran apabila kamu membacanya, dan perlahan-lahanlah dalam membacanya”, tafsir at-Thabari.
Ummul Mukminin Hafshah Radhiyallahu Anhuma pernah menyifati qiraah nabi Shallallahu alaihi wa sallam, dengan perkataan:
كَانَ يَقْرَأُ بِالسُّوْرَةِ فَيُرَتِّلُهَا
“Beliau membaca sebuah surat dan mentartilkannya,” hadits riwayat muslim.
Suatu ketika seseorang mendatangi Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu Anhu dan berkata “Aku membaca mufashshal (surat-surat pendek yang dimulai dari surat qaf sampai surat An-naas) dalam satu rakaat”. Maka beliau berkata,
هذا كهذا اشعر؟ إن أقواما يقرؤون القرآ ن لايجا وز تراقيهم ولكن إذا وقع في القلب فرسخ فيه نفع