Menarik kalau kita tarik kajian di atas pada uraian lebih jauh tentang hakikat tawakkal. Ada dua komponen utama tawakkal: berpegang kokoh pada Allah (i’timad) dan yakin seyakin-yakinnya (tsiqah) pada janji Allah. Mereka yang yang memiliki dua hal ini dalam dirinya pastilah tenang menjalani hidup karena pasti mereka pasrahkan semua pada pengaturan Allah.
Mengandalkan kemampuan diri, apalagi kemampuan orang lain, seringkali berbuah petaka dan kecewa. Karena itulah kita diajari sang Rasul pujaan untuk memulai segala sesuatu dengan menyebut nama Allah, atas nama Allah, dan dengan niat untuk Allah. Itu semua butuh latihan hati, bukan hanya latihan mulut untuk melafalkan niat.
Selanjutnya, kita harus memantaskan diri dengan cara selalu mendekat dan bersama Allah, hadir ke rumah Allah dan duduk bersama orang-orangnya Allah. Mereka yang jauh dari rumah Allah serta jauh dari manusia-manusianya Allah adalah tidaklah pantas mendapatkan pertolonganNya. Lihatlah beberapa perintah dalam al-Qur’an dan hadits Rasulullah yang menyuruh kita ruku’ bersama orang-orang yang ruku’, bersujud dengan orang-orang yang sujud, serta bersahabat dengab manusia pilihan.
Nah, sekarang mari kita bertanya pada diri kita sendiri: “SUDAH PANTASKAH SAYA MENDAPATKAN PERTOLONGAN ALLAH?” Salam, AIM. (Inilah)