Eramuslim – DALAM rentang waktu yang lama sekali, mereka berdiri menanti di padang mahsyar. Padahal matahari sangat dekat jaraknya dengan mereka. Mereka dibanjiri keringatnya sendiri sesuai dengan amalannya.
Mereka merasakan panas yang dahsyat, kesempitan hidup dan keletihan yang luar biasa akibat lamanya mereka menunggu keputusan, yakni selama 50 tahun.[1] Ketika hal ini terjadi, sebagian mereka dengan hidayah Allah membicarakan tentang sesuatu yang akan melepaskan mereka dari tempat mereka menunggu keputusan yang sangat lama waktunya dan sangat memberatkan mereka situasinya. (Syarh Lumatul Itiqad, Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hal. 202)
Allah berfirman: Tiada yang mereka nanti-nantikan melainkan datangnya Allah dan malaikat (pada hari kiamat) dalam naungan awan, dan diputuskanlah perkaranya. Dan hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan. (Al-Baqarah: 210)
Kisah terjadinya syafaat Rasulullah
Dari Abu Hurairah, dia berkata: Dihidangkan untuk Rasulullah masakan daging, lalu dipilihkan untuk beliau daging paha bagian depan, yang merupakan kesukaan beliau. Beliaupun menggigitnya lalu bersabda: Aku adalah pemimpin manusia pada hari kiamat. Tahukah kalian, mengapa? Allah akan mengumpulkan seluruh umat manusia dari yang pertama hingga yang terakhir di suatu tempat, di mana seorang penyeru akan mampu memperdengarkan (seruan) kepada mereka semuanya. Pandangan mata akan mampu menembus mereka semuanya, sedangkan matahari dekat sekali. Maka kesedihan dan kesusahan meliputi mereka, sampai mereka tidak mampu menanggung dan merasakannya.
Maka orang-orang berkata: Tidakkah kalian saksikan apa yang menimpa kalian? Tidakkah kalian tahu siapa yang mampu memberikan syafaat kepada kalian di hadapan Rabb kalian? Sebagian mereka lalu berkata kepada sebagian yang lain: Kalian harus datang kepada Adam. Namun Adam mengajukan alasan.