Bagaimana mungkin kita akan mengacuhkan Alquran jika kita tidak memahami apa isinya. “Mereka tak mengacuhkannya serta tak menjadikannya sebagai pedoman kehidupan,” terang Sayyid Qutb dalam Fi Zhilalil Quran, “Padahal Alquran itu datang agar menjadi manhaj kehidupan yang menuntun mereka ke jalan yang paling lurus.”
Para sahabat Nabi mencontohkan bagaimana mereka menjadikan Alquran laksana instruksi panglima militer kepada prajuritnya. Mereka memahami instruksi itu dengan baik dan segera mematuhinya. Saat membaca Alquran, nuansa hati mereka juga terbawa dalam setiap makna. Maka tak heran jika mereka menangis saat membaca dan mentadabburinya.
“Disukai menangis ketika membaca Alquran,” simpul Al Ghazali, “Caranya adalah memenuhi hati dengan rasa sedih dan takut dengan menghayati kandungannya baik berupa ancaman atau janji-janji. Kemudian memperhatikan kelalaian atas semua itu. Jika hatinya tak mampu mendatangkan rasa sedih, hendaklah ia menangis karena kehilangan hal itu dan menyadari bahwa itu merupakan musibah yang paling besar.” (Inilah)