Misalnya, orang yang tekadnya tinggi yang senantiasa bergantung kepada Allah, jauh dari makhluk, atau dalam setiap kebutuhannya tidak bertumpu kecuali kepada Allah dan dalam setiap perkara tidak bertawakkal kepada selain-Nya.
“Sehingga di matanya seluruh manusia tak berarti apa-apa, tidak bisa mendatangkan bahaya maupun manfaat,” kata Syekh Abdullah.
Bahkan, lanjutnya, ia menganggap dirinya sendiri rendah dan tak berguna, tidak mampu berbuat sesuatu, dan tidak bisa menentukan nasibnya sendiri. Dalam setiap amalnya, dia tetap berjalan pada jalur syariat, tanpa melebih-lebihkannya atau menguranginya. Inilah sifat orang-orang arif yang mengenal Allah.
Menemani orang-orang seperti itu, menurut Syekh Abdullah, walaupun ibadahnya sedikit dan amalan sunnahnya tidak banyak, sangat dianjurkan bagi seorang murid karena banyak mendatangkan manfaat, baik dari sisi agama maupun dunia. Sebab, manusia selalu mengikuti tabiat manusia lain.
“Adapun orang-orang yang tidak memiliki sifat-sifat di atas, kita hanya diperbolehkan bergaul dengan mereka secara lahir, tidak lebih, karena tidak ada gunanya bergaul dengan mereka,” jelas Syekh Abdullah.[rol]