Tapi, bagaimana nasib mereka? Nasib rakyat yang miskin, yang papa, dan tak memiliki apa-apa?Al-qur’anul Karim di dalam surat al-Hasyr, ayat: 6, Allah memerintahkan agar kekayaan tidak hanya berputar di antara orang-orang yang kaya (para aghniya’). Tapi didistribusikan dengan adil, ke seluruh penduduk. Ini hanya dapat dilakukan oleh seorang pemimpin yang adil, yang zuhud terhadap dunia. Kekuasaan yang dimiliki bukan hanya untuk menumpuk kekayaan, tanpa mempedulikan jeritan dan penderitaan rakyatnya.
Khalifah Abu BakarAs-Shidiq, ketika berkuasa, setiap pagi mengunjungi rumah seorang janda tua renta, miskin, dan tidak lagi memiliki apa-apa. Apa yang dikerjakan Abu Bakar? Dia menyapu rumahnya, memerahkan susu, dan menyiapkan makanan buat wanita tua itu. Padahal, dia seorang khalifah, yang sangat mulia, orang pertama sesudah Baginda Rasulullah shallallahu alaihi wa salam. Di masa Abu Bakar, orang-orang yang kaya yang tidak membayar zakat diperangi. Orang fakir miskin nasibnya dilindungi.
Sekarang mereka yang menjadi ‘pemimpin’ hanya tipe orang-orang yang tamak, rakus dunia, dan hanya mengumpulkan kekayaan, yang tak terbatas. Sementara itu, kondisi rakyatnya terus menderita. Wallahu Alam. (Ms)