Bahkan dalam teks hadist di atas, jelas ditunjukkan bahwa melaknat orang musyrik pun, Nabi Muhammad SAW tidak berkenan.
Kisah ini merupakan sekelumit kisah kecil dari keteladanan Nabi. Hingga kini, contoh ini sangat relevan. Penting bagi kita selaku umat Nabi Muhammad untuk selalu mengingat suri teladan mulia ini.
Menjaga tutur kata
Dalam segi tutur kata, Nabi Muhammad SAW juga telah mencontohkan. Disebutkan bahwa karena ketepatan gaya bahasa yang dipilih, semua orang yang pernah bertemu dan berinteraksi dengan Nabi merasakan kedekatan. Hal ini tercemin dari keyakinan setiap sahabat merasa menjadi orang dekat Nabi.
Tutur kata dan sikap Nabi membuat setiap orang yang berkomunikasi dengan beliau merasa dekat. Merasa dihormati dan dihargai.
Hal ini ditegaskan dalam al-Qur’an surat Ali Imran ayat 159, andaikata Nabi bersikap keras dan berhati kasar, niscaya orang yang diajak oleh Nabi akan lari menjauh.
Mereka tidak akan terkesan dan berkenan untuk masuk Islam. Dakwah mestinya dimulai dengan hati yang lembut, serta ucapan yang santun. Bukan dengan perkataan yang isinya menyakiti atau merendahkan orang lain.
Tidak aneh jika dalam sebuah riwayat hadis shahih riwayat Imam al-Bukhari (194-251 H), Nabi Muhammad menegaskan bahwa barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Kiamat, maka hendaknya berkata dengan perkataan yang baik. Atau jika tidak bisa, maka sebaiknya diam. Inilah akhlak yang semestinya senantiasa diingat oleh masyarakat muslim.
Seperti dilansir website Jatman, selain menjaga lisan, Nabi Muhammad SAW juga mencontohkan agar selalu berbuat baik kepada orang lain. Ditegaskan bahwa sebaik-baiknya manusia adalah orang yang paling bermanfaat untuk orang lain.