Eramuslim – “Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.” (QS al-Qashash [28]: 77). Dalam ayat ini, Allah SWT memberikan perintah untuk hal yang juga dilakukan oleh-Nya, hal ini menunjukkan keutamaan berbuat baik.
Kita menaati perintah-Nya tersebut dengan berbuat baik. Tidak karena yang lain, melainkan ikhlas karena Allah SWT. Bisa saja seseorang berbuat baik kepada orang lain dengan menjadikannya sebagai utang budi, konsekuensinya mengharap pengakuan dan balasan. Kita tidak perlu menghitung-hitung kebaikan kepada orang lain, akan lebih baik bisa melupakannya.
Hendaknya kita terus berbuat baik kepada orang lain dan tidak merisaukan meskipun orang tersebut tidak peduli. Keinginan agar banyak orang mengetahui dan mendengar kebaikan tersebut juga harus dihindari, merupakan riya karena mengesampingkan ikhlas dalam beramal.
Berbuat baik merupakan akhlak mulia yang bisa diwujudkan pada berbagai hal, seperti memberikan pertolongan, menasihati untuk kebaikan, berbagi ilmu, atau memperlakukan dengan baik, terutama untuk orang-orang terdekat, yaitu orang tua, suami, istri, anak, dan kerabat. Selanjutnya berbuat baik untuk lingkup yang lebih luas, seperti dengan tetangga, di tempat kerja, dan dengan semua orang yang kita berinteraksi dengan mereka dalam kehidupan sehari-hari.
“Dan berbuat baiklah. Sungguh Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.” (QS al-Baqarah [2]: 195). “Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS al-A’raf [7]: 56). “Dan barang siapa mengerjakan kebaikan akan kami tambahkan kebaikan baginya.” (QS asy-Syura [42]: 23).