Jangan mentang-mentang buku itu tempat dituliskannya ilmu, lantas kita berpikir bahwa kita sudah tidak lagi butuh guru yang mengajar secara langsung. Sebab biar bagaimana pun, buku itu sendiri ditulis oleh guru juga. Dan apa yang disampaikan oleh seorang guru kepada muridnya secara langsung tentu akan jauh lebih akurat dan lebih mudah dipahami, ketimbang sekedar hanya membaca bukunya.
Biasanya dalam keseharian kita, bila kita punya kesempatan untuk bertemu langsung dengan penulis sebuah buku yang pernah kita baca, maka kita pasti tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu. Buat apa? Toh bukunya sudah kita baca, bukan?
Jawabannya sederhana saja, yaitu dengan bertemu langsung dengan penulis buku, maka kita bisa menggali lebih jauh hal-hal yang barangkali belum sempat dituliskan dalam buku itu. Atau kita bisa mengkonfirmasi informasi yang kita baca langsung kepada penulisnya.
Terdapat beberapa kekeliruan yang harus dihindari ketika belajar ilmu fikih tanpa guru, diantaranya:
Salah Paham
Kesalahan yang sering terjadi pada orang yang belajarnya hanya lewat baca buku adalah seringnya terjadi salah paham terhadap isi buku. Boleh jadi maksud penulis buku ke Utara tetapi dipahami oleh pembacanya malah ke Selatan. Tentu Utara itu bukan Selatan. Utara adalah lawan dari Selatan.
Maka kita butuh guru untuk menjelaskan apa-apa yang sekiranya bisa membuat kita salah paham terhadap apa yang kita baca dari sebuah buku. (Inilah)