Eramuslim – “Dan apabila manusia ditimpa bahaya, dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu darinya, dia kembali (ke-jalan yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang yang melampaui batas apa yang mereka kerjakan.” (QS Yunus ayat 12)
Menurut tafsir Ibnu Katsir, di ayat ini Allah Azza wa Jalla menceritakan tentang manusia menyangkut kegundahan dan kekhawatirannya apabila ditimpa oleh bahaya. Hal ini sebagaimana yang Allah Ta’ala firmankan dalam QS Fushshilat ayat 51: “tetapi apabila ia ditimpa malapetaka, maka ia banyak berdoa.“
Manusia disebutkan akan melakukan banyak doa apabila tertimpa malapetaka dan kesusahan. Dia berharap agar Allah melenyapkan dan menjauhkan segala musibah tersebut darinya. Bahkan ia banyak berdoa baik di kala berbaring, duduk atau berdiri. Namun, ketika Allah melenyapkan musibah dan malapetaka tersebut, ia dengan serta merta berpaling dan meninggalkan amalan doanya selama ini. Seolah tak pernah terjadi sesuatu apapun sebelumnya.
Tentu hal ini tidak berlaku bagi semua orang. Terdapat golongan orang-orang yang dianugerahi hidayah, taufik dan bimbingan oleh Allah Ta’ala. Hal ini seperti yang disebutkan dalam ayat lain yakni: “kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana) dan mengerjakan amal-amal saleh.” (QS Hud ayat 11)
Semoga kita menjadi golongan orang-orang mukmin yang senantiasa beruntung dalam mengarungi takdir apapun. Sebagaimana yang disebutkan dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: