“Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku.” (QS. 12 : 86)
Umar, seorang pegawai BUMN yang berlokasi di Kalimantan Timur tengah berada di Jakarta untuk keperluan dinas. Setelah menginap beberapa hari di sebuah hotel di Jakarta, rencananya siang itu ia hendak check-out dan menyelesaikan pembayaran bill hotel.
Bill hotel sudah ditangan Umar. Tertera di sana sejumlah angka yang harus dibayar. Seperti kalkulasinya, bill hotel tidak melebihi budget kantor yang ia pegang. Ia pun hendak mengeluarkan uang dari sakunya. Namun ia mundur beberapa langkah dari desk receptionist. Ia ambil posisi di sebuah kursi dalam lobby hotel yang lega. Uang ia keluarkan sebesar nilai yang tertera dalam bill tersebut. Satu juta empat ratus ribu rupiah ia keluarkan dari sakunya untuk membayar bill hotel. Belum lagi ia bangkit dari kursinya untuk membayarkan uang tersebut kepada petugas hotel, maka tiba-tiba ia dihampiri oleh seseorang yang tidak ia kenal.
Pria itu berparas menarik. Pakaiannya rapi dengan semua asesoris yang meyakinkan. Dengan sedikit pembicaraan awal, pria itu dapat menawan Umar hingga ia tidak jadi berdiri dan membayarkan uang ke petugas hotel. Hanya beberapa menit obrolan di antara mereka berdua, pria itu menunjukkan sebuah jam ROLEX Oyster Perpetual berwarna emas kepada Umar. Pria itu meyakinkan Umar bahwa ia hendak menjual jam tersebut dengan harga murah. Awalnya Umar sadar bahwa ini adalah sebuah modus penipuan yang marak berlaku di Jakarta. Ia menampiknya. Namun aneh, entah pengaruh hipnotis atau apa tanpa ia sadari orang itu pergi. Kini jam Rolex berwarna emas sudah ada di tangan Umar. Ia kaget mendapatinya. Bahkan yang membuat ia lebih kaget lagi adalah saat ia sadari uang untuk bayar bill hotel sejumlah Rp 1,4 juta sudah raib! Kini sadarlah Umar bahwa ia baru saja ditipu seseorang.
“Sial…, Bagaimana aku bisa bayar hotel!!!” keluh Umar.
Dalam kekalutan itu, Umar merasa malu kepada receptionist hotel yang menunggu bayaran darinya. Sejurus kemudian Umar datang ke desk receptionist dan mengatakan bahwa ada barang yang ingin ia beli di mall dan ia titipkan luggage-nya di receptionist. Ia berjanji dalam beberapa saat akan kembali lagi.
Umar panik, ia tidak punya uang untuk bayar hotel. Dalam kepanikan itu, ia bergumam, “Allah…, tolong bantu aku!”
Itulah yang dilakukan oleh Umar. Ia berpasrah diri kepada Allah. Dia sampaikan kegalauan dan kepanikannya. Maka tawakkal kepadaNya pada waktu sulit adalah penenang jiwa ketika panik. Pelita hati dalam kegelapan hidup. Berpeganglah terus pada taliNya. Sungguh beruntung mereka yang bersandar hanya kepada Dia Ash-Shamad.
Dipeganginya jam Rolex itu. Umar merasa yakin bahwa jam ini adalah palsu. Namun dugaan itu ia tepis. Ia ingin mencoba peruntungan untuk menawarkan jam tersebut ke toko-toko jam mewah yang berada di bilangan Senen, Jakarta. Setidaknya ini adalah sebuah usaha, ikhtiar yang bisa membuat hidup lebih mudah dan menjadi sebab atas datangnya pertolongan Allah Swt.
Namun yang terjadi adalah seperti dugaan Umar semula. Setiap toko jam mewah yang ia datangi, semuanya berujar bahwa jam yang dibawa Umar adalah palsu!
4 toko sudah ia sambangi, namun usahanya belum menuai hasil. Umar bertambah panik. Dalam kekalutan itu lag-lagi Umar terus berdoa kepadaNya sambil berkata, “Allah…, tolong aku!”
Umar lalu masuk ke plaza Atrium Senen. Ia bertanya kepada seorang petugas security dimana toko jam mewah di plaza ini. Setelah ditunjukkan, Umar pun bergegas ke sana. Umar merasakan di dalam dirinya bahwa di sana ada secercah harapan.
Sesampainya di toko yang dimaksud, Umar mendorong pintu kaca dan memberanikan diri bertanya kepada petugas toko yang ada. “Pak, saya mau menawarkan jam Rolex ini, apakah toko ini tertarik untuk beli?” ujar Umar. Seorang pelayan toko tanpa meneliti terlebih dahulu jam yang dibawa Umar langsung berkomentar, “Wah pak…. itu mah Rolex palsu! Pasti Anda tertipu ya!” Lemas Umar mendengarnya, rupanya petugas toko jam itu sudah amat berpengalaman. Tanpa menelitit terlebih dahulu ia sungguh mengerti mana jam Rolex yang palsu dan orisinal.
Namun Umar pantang menyerah, ia datangi seorang petugas toko wanita yang ada di sana. Umar dapati petugas wanita ini tengah membuat surat kwitansi untuk pembelian sebuah jam tangan dari seorang warga asing Afrika. Umar mengulangi pertanyaannya kepada petugas toko wanita itu, “Mbak, saya mau nawarkan jam Rolex ini, apakah toko ini tertarik untuk membeli?” jelas Umar. Wanita yang sedang serius membuat kwitansi itu berujar tanpa menoleh, “Pak jam itu palsu, kami gak main jam-jam palsu. Di sini semuanya orisinil…!”
Mendengarnya Umar sedikit kecewa. Namun tiba-tiba warga Afrika yang tengah duduk di kursi tunggu dan menunggu surat kwitansi berdiri dan menghampiri Umar. Rupanya ia memperhatikan kedatangan Umar sejak awal. Warga Afrika itu lalu berkomentar dengan bahasa Inggris sekenanya, “Do you wanna sell this watch, brother?” Umar menjawab ya.
Orang Afrika itu bertanya lagi dalam bahasa Inggris, “Berapa harga yang kau minta?” Umar kaget mendengarnya, seolah tak percaya Umar tak mampu menjawab secara spontan.
“Saudaraku, jam ini bagus. Saya sudah lama mencari jam Rolex model dan seri seperti ini. Saya mau beli berapa harga yang kamu mau?” tanya warga Afrika tersebut. Umar semakin tak percaya apa yang didengarnya. Umar kikuk menjelaskannya, sebab ia tahu bahwa jam ini bukan asli.
Namun yang lebih mengherankan lagi, pria itu mengenakan Rolex tersebut di tangannya lalu berkata kepada Umar, “See… it’s very suitable for me! (tuh lihatkan…, jam ini pantes bener di tanganku!”
Karena Umar tak merespon, warga Afrika itu mengambil tindakan. Tiba-tiba ia berkata kepada petugas toko wanita tadi untuk membatalkan transaksi dan ia meminta uangnya dikembalikan. Awalnya petugas wanita itu mengelak sambil mengatakan bahwa ia sudah kadung buat kwitansi dan ia bakal dimarahi oleh bossnya bila ketahuan membatalkan transaksi. Namun orang Afrika itu berkata, “Cepat kembalikan uangku, toh boss kamu gak ada di toko!”
Sebab desakan orang Afrika itu, wanita penjaga toko pun mengembalikan setumpuk uang dalam pecahan 50 ribuan kepada orang Afrika itu dengan wajah bersungut.
Orang Afrika itu menerima uangnya kembali. Dua lembar uang 50 ribuan ia berikan kepada wanita penjaga toko sebagai upah. Lalu pria ini mengajak Umar meninggalkan toko.
***
Jam tangan Rolex itu masih melingkar di pergelangan tangan orang Afrika. Bersamanya Umar masuk ke sebuah kantin. Mereka memesan minuman di sana dan pembicaraan pun dimulai. Orang Afrika itu masih terkagum-kagum dengan jam Rolex tersebut. Sekali lagi ia menanyakan Umar berapa harga yang diinginkan. Umar sungkan menjawabnya sebab ia tahu bahwa jam tersebut palsu.
Tak sabar menunggu jawaban Umar, pria itu mengeluarkan setumpuk uang 50 ribuan dari sakunya sambil berkata kepada Umar, “Ini uang yang aku punya, kalau kamu mau terimalah dan aku ambil jam tangan ini!” Mendengarnya Umar bersyukur kepada Allah, sebab melihat tumpukan uang itu, Umar yakin setidaknya urusan bill hotel bisa terbayar.
Umar pun mengangguk tanda setuju. Setelah Umar menerima uang yang tidak diketahui jumlahnya itu, pria Afrika pun meninggalkan tempat sebab ada urusan yang ingin dikerjakannya.
Kini Umar sendiri di meja kantin. Seolah tak percaya, ia pandangi tumpukan uang 50 ribuan tadi. Kini ia beranikan diri untuk menghitungnya. Maka terperanjat dia begitu mendapati bahwa tumpukan uang itu berjumlah 28 lembar, yang berarti Rp 1,4 juta.
Allahu Akbar…! Umar meneteskan beberapa bulir air mata. Tersadar dia bahwa sungguh Allah mendengar pengaduannya. Kini ia tidak panik lagi. Ia bergegas menuju lobby hotel. Dan di sana, di desk receptionist Umar kini telah berdiri tegak dan tersenyum sambil berkata, “Mbak, saya mau ambil luggage saya dan bayar bill hotelnya!”
***
Tetaplah tersenyum di kala sempit. Percayalah Allah Swt tak akan pergi meninggalkanmu. Jangan pernah takut saat hati resah. Kini, sampaikanlah gundahmu hanya kepada Allah! Sungguh Dia amat Mendengar keluh seorang hambaNya.