Di kemudian hari, doa-doa yang dipanjatkan oleh Nabi Nuh satu per satu terkabul. Sam, yang langsung bergegas ketika diperintah oleh sang ayah, hidupnya penuh kebahagiaan hingga ia wafat.
Arfakhsyad, putranya, hidup penuh keberkahan. Keturunannya menjadi raja-raja dan nabi-nabi. Dari keturunan Sam inilah nantinya bangsa Arab, bangsa Persia, dan bangsa Romawi berasal.
Sementara Ham, yang enggan menuruti perintah sang ayah, hidup dengan penuh kesusahan. Salah satu putranya, Kan’an, diceritakan oleh Alquran enggan untuk masuk ke dalam perahu Nabi Nuh dan memilih berlari ke puncak gunung kala terjadi banjir bandang itu.
Putra Ham yang lain, Aswad, menurunkan bangsa Sudan dan Etiopia. Sementara Kusy menurunkan bangsa India. Lalu Futh menurunkan bangsa Barbar. Dan Baishar menurunkan bangsa Koptik.
Mishr, putra Baishar, dan seluruh keluarganya memilih menetap dan mendirikan kerajaan di sebuah daerah yang di kemudian hari dikenal dengan tanah ‘Mesir’. Tanah inilah yang dijuluki dengan Umm al-Bilad, sesuai dengan doa Nabi Nuh. Kerajaan Mesir waktu itu membentang dari Aswan sampai Urbusy, dan dari Burqah sampai Ailah.
Seperti dilansir website Pondok Pesantren Lirboyo, di masa setelahnya, Mishr membagi kerajaan menjadi empat bagian bagi empat anaknya, Qifth, Asymun, Atrib dan Sha. Dari salah satu anaknya inilah ribuan tahun kemudian lahir seorang perempuan mulia bernama Hajar. Dia yang menikah dengan Ibrahim, yang juga keturunan Nabi Nuh dari Sam.
Sementara itu, Yafits, putra Nabi Nuh yang sama sekali tidak menuruti perintah sang ayah, hidup penuh dengan kesulitan. Keturunannya mempunyai watak yang sangat kasar. Nantinya, darinyalah lahir bangsa Turki, bangsa Italia dari kepulauan Sisilia, dan bangsa Ya’juj Ma’juj. (okz)