Sayangnya, juga tidak ada seorang pun dari anak-anak Ham yang bangun dari tidurnya. Nabi Nuh pun berdoa agar keturunan Ham nantinya menjadi pesuruh bagi keturunan dari putra sulungnya, Sam.
Namun, sebelum doa selesai dipanjatkan, ada satu keturunan Ham yang terbangun. Ia mendengar doa sang buyut yang dipanjatkan atas keturunan Ham. Mishr bin Baishar, nama anak itu, tergugah hatinya untuk menghampiri Nabi Nuh dan meminta doa kepadanya.
“Wahai buyutku, sungguh aku memenuhi seruanmu meskipun ayahku, kakekku dan seluruh keluargaku enggan untuk memenuhi seruanmu. Aku mohon pintakan keberkahan untukku,” ujar Mishr bin Baishar.
Berbahagialah hati Nabi Nuh. Ia membelai lembut kepala Mishr, seraya berdoa, “Ya Robb, Mishr telah memenuhi seruanku, maka berkahilah keturunannya, tempatkanlah ia dan keturunannya di belahan bumi yang diberkahi, di belahan bumi yang nantinya menjadi Umm al-Bilad, induk dari segala bangsa dan menjadi tempat pertolongan bagi seluruh hamba-Mu. Jadikan sungainya sebagai sebaik-baik sungai yang mengalir di dunia. Jadikan sebaik-baik berkah bagi keturunannya, serta tundukkanlah seluruh negeri baginya dan bagi keturunannya. Jadikan seluruh bangsa merendah kepadanya dan kepada keturunannya. Berikanlah kekuatan kepada mereka untuk mengatur belahan bumi itu.”
Setelah doa yang panjang itu, Nabi Nuh menyeru putranya Yafits untuk ikut berdoa bersamanya. Namun Yafits dan seluruh keluarganya menolak seruan itu. Maka nabi Nuh pun berdoa agar nantinya Yafits menurunkan satu bangsa manusia yang paling buruk.
Setelah mendapat sambutan yang tidak dikehendakinya, Nabi Nuh ganti menyeru putranya yang tersisa, Yahthun. Yahthun pun memenuhi seruan ayahnya. Nabi Nuh lalu mendoakannya agar hidup dengan limpahan keberkahan. Sayangnya, Yahthun tidak mempunyai keturunan.