Ayat ini turun berkaitan dengan sikap seorang munafiq yang menyebut Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat sebagai orang yang paling rakus ketika makan, jika bicara tak bisa dipegang, dan paling penakut ketika bertemu musuh. Lalu perkataan orang munafik ini dilaporkan kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Akhirnya orang ini berusaha untuk untuk meminta maaf kepada beliau, dan beralasan bahwa dia hanya bergurau, tidak ada maksud serius untuk menghina Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat.
Namun tidak dipedulikan oleh Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Di saat itulah, Allah menurunkan firman-Nya di atas. (Tafsir Ibnu Katsir, 4/171)
Selanjutnya kita bisa menilai, ketika ada yang menyebut Nabi Musa alaihis salam dengan preman, dengan maksud bercanda. Sekalipun tidak ada niat melecehkan, setidaknya dia melakukan kesalahan besar, tindakan kurang adab terhadap status kenabian. (Ini lah)