Eramuslim – Puasa tak sekadar menahan dari makan dan minum serta melakukan perkara-perkara yang membatalkan puasa dari terbit hingga terbenamnya matahari. Anda juga harus menjaga hawa nafsu, termasuk ghibah, agar tidak mengurangi pahala dan menyempurnakan puasa.
Wakil Ketua Majelis Dakwah dan Pendidikan Islam (Madani) Ustadz Ainul Yaqin mengatakan, puasa di bulan Ramadhan hukumnya wajib bagi umat islam. Namun disamping itu kita bisa menjalankan amalan sunah lainnya. “Amalan sunah dilakukan untuk menambah pahala,” katanya saat dihubungi Okezone belum lama ini.
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ
Artinya: “Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan pun dibelenggu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ustadz Ainul menambahkan, menahan diri dari segala perbuatan yang dilarang agama juga penting dilakukan. Seperti tidak berbohong, tidak ghibah atau membicarakan aib orang lain, mengumpat, hasud dan menjauhi penyakit hati lainnya.
“Puasa total atas semua nikmat, mata, telinga, lisan, tangan, kaki dan anggota badan kita jadikan ibadah shaum dari hawa nafsu. Itu semua bagian dari ibadah,” tuturnya.
Kemudian ibadah sunah lainnya saat puasa Ramadhan adalah memperbanyak membaca Alquran, sedekah, berdzikir dan meraih Lailatul Qadar. Sebab orang yang mendapati lailatul qadar dalam kondisi beribadah dan mencari ridha kepada Allah SWT, “Berarti diibaratkan ia telah berbuat kebaikan sepanjang 1.000 bulan atau 84 tahun 3 bulan penuh.”