Manusia harus memilih dalam hidupnya. Memilih menjadi kekuatan al haq atau menjadi kekuatan al bathil. Memilih bergabung bersama dengan kekuatan hizbullah atau bergabung dengan hizbussyaithon.
Surat ar-Ra’du surah al-Qur’an menjelaskan dengan gamblang dengan pilihan-pilihan yang harus dilakukan oleh manusia. Risalahn-Na yang diberikan oleh Allah azza wa jalla mengatakan, bahwa kebenaran (al haq) merupakan kekuatan yang kokoh, sekalipun tidak nampak oleh mata. Sebaliknya, kebathilan adalah kekuatan yang kalah dan lemah. Kebathilan adalah kekuatan yang secara lahir nampak kokoh, tetapi sebenarnya sesuatu yang sangat rapuh dan tidak ada nilainya.
Hakikat ini banyak orang yang belum menyadarinya. Mereka sering terpedaya dengan kemilaunya kebathilan yang palsu. Kebathilan terkadang bentuknya beragam, bisa berbentuk gaya hidup yang serba “wah’ (ibahiyah) yang dilakukan secara terbuka atau kemaksiatan yang merajalela dikalangan pengawai atau pedagang yang berdusta serta penguasa yang menipu dalam pekerjaannya. Umat yang zalim melakukan tindakan sewenang-wenang terhadap umat Islam dan berani merampas haknya. Semuanya merupakan bentuk kekuatan bathil yang sangat rapuh.
Pengaruh Kebathilan Terhadap Manusia
Apabila hakikat kebathilan telah hilang dari pandangan manusia dan mereka terpedaya, bahkan takut kepada kebathilan, sehingga mereka sampai berani menganggap rendah kebenaran (al haq) yang ada pada mereka dan berusaha meniru dan mengikuti kebathilan itu, maka manusia akan menghadapi kehancuran bersama dengan kebathilan yang lemah itu.
Kita melihat banyak sekali orang bersekutu dan berkomplot dengan kebathilan dalam kehidupannya. Banyak sekali orang yang mengatakan bahwa “si pulan” sukses dalam perdagangannya dengan cara mencuri, menjilat, dan menipu. Juga “si pulan” sukses menjadi pemimpin, tetapi hakekatnya dia telah menjadi penipu dan pendusta terhadap al haq serta umat yang dipimpinnya. Mereka mengikuti semua langkah dan jejak kebathilan ketika merasa tidak membahayakan, meskpun mengikuti langkah kebathilan sebagai jalan yang sesat itu.
Kebahagiaan Semua
Manusia yang berjalan dibelakang kebathilan, digambarkan oleh Allah azza wa jalla, sebagai orang yang memandangi air dan mulutnya berusaha untuk mengambilnya. Padahal air itu tidak sampai ke mulutnya. Oleh karena itu, setiap orang yang berjalan di belakang kebathilan, hatinya akan berjalan di bekalang kebahagiaan. Sementara kebahagiaan semu yang diyakininya adalah gelas khamer (minuman keras) yang diminumnya, nyanyian tidak bermoral yang ia dendangkan, atau harta yang haram yang ia nikmati. Padahal sebetulnya, ia tidak akan bisa menggapai kebahagiaan sama sekali.
Allah azza wa jalla berfirman :
“Hanya bagi Allah lah (hak mengabulkan) do’a yang benar”. (QS : ar-Ra’du : 14)
Maka, hendaklah manusia berjalan pada jalan Allah Ta’ala, karena sesungguhnya kebenaran yang sempurna adalah jalan Allah. Bukan jalan syaithon. Meskipun, banyak manusia yang memilih jalan syaithon, yang nampak indah dan menakjubkan, sehingga membuat mereka bersedia bergabung dengan “jamaah’ syaithon.
Lalu yang terkait dengan hakikat kebathilan dalam firman Allah azza wa jalla :
“Dan berhala-hala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya samai air ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya”. (QS : ar-Ra’du : 14)
Kebathilan Bagaikan Buih
Allah azza wa jalla memberikan perumpamaan yang mengagumkan untuk menegaskan bahwa kebenaran (al haq) adalah kekuatan yang kokoh sekalipun ia tidak nampak dihadapan manusia. Kebathilan adalah sesuatu yang rapuh yang tidak bernilai, meskipun ia nampak ke permukaan dan terkenal.
Firman-Nya :
“Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya”. (QS : ar-Ra’du : 17)