Adapun orang-orang yang berbuat ketaatan dengan disertai perasaan sedih karena takut kepada Allah karena telah meremehkan apa yang telah diwajibkannya, maka ia akan memasuki surga dengan penuh rasa kebahagiaan. Orang yang melakukan ini juga disebut sebenarnya sudah memenuhi dua kebajikan, yakni ketaatannya sendiri dan rasa penyesalan atas dosa yang telah diperbuatnya.
Karena demikian, perbuatan dosa seharusnya disertai dengan penyesalan dan mengharap ampunan kepada Allah SWT. Bukan dengan mengumbarnya di hadapan manusia dengan anggapan bahwa perbuatannya ini keren atau hebat. Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ المُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ، وَإِنَّ الفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ
“Sesungguhnya orang yang beriman melihat dosa-dosanya seperti ketika duduk di bawah gunung, dia takut kalau gunung tersebut jatuh menimpanya. Adapun orang yang fajir melihat dosa-dosanya seperti seekor lalat yang lewat (terbang) di depan hidungnya.” (HR Bukhari). (Rol)