Eramuslim – TEKNIS zikir yang dilakukan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam adalah menghitung dengan jari dan bukan dengan bantuan alat, seperti kerikil atau tasbih. Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu anhuma, beliau menceritakan, Saya melihat, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menghitung dzikir beliau dengan tangannya. (HR. Ahmad 6498 dan dinilai hasan oleh Syuaib Al-Arnauth).
Kemudian dari seorang sahabat wanita, Yusairah radhiyallahu anha, beliau mengatakan, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berpesan kepada kami (para sahabat wanita), Wahai para wanita mukminah, kalian harus rajin bertasbih, bertahlil, mensucikan nama Allah. Janganlah kalian lalai, sehingga melupakan rahmat. Hitunglah dengan jari-jari kalian, karena semua jari itu akan ditanya dan diminta untuk bicara. (HR. Ahmad 27089, Abu Daud 1501, Turmudzi 3583, dan sanadnya dinilai hasan oleh Syuaib Al-Arnauth dan Al-Albani).
Yusairah bintu Yasir Al-Anshariyah adalah sahabat wanita. Beliau termasuk salah satu wanita yang ikut menjadi peserta Baiat aqabah. Ketika menjelaskan hadis Yusairah, Al-Hafidz Ibn Hajar mengatakan, “Makna kata al-aqd (menghitung) yang disebutkan dalam hadis adalah menghitung jumlah dzikir. Ini merupakan istilah orang arab, yang bentuknya dengan meletakkan salah satu ujung jari pada berbagai ruas jari yang lain. Satuan dan puluhan dengan tangan kanan, sementara ratusan dan ribuan dengan tangan kiri. Allahu alam.” (Nataij Al-Afkar fi Takhrij Ahadits Al-Adzkar, 1/90).
Ibnu Alan menjelaskan bahwa cara al-aqd (menghitung dengan tangan) ada dua:
– Al-Aqd bil mafashil (menghitung dengan ruas jari)
– Al-Aqd bil ashabi (menghitung dengan jari)
Beliau mengatakan, Al-Aqd bil mafashil (menghitung dengan ruas jari), bentuknya adalah meletakkan ujung jempol para setiap ruas, setiap kali membaca dzikir. Sedangkan Al-Aqd bil ashabi (menghitung dengan jari), bentuknya adalah jari digenggamkan kemudian dibuka satu persatu. (Inilah)