Eramuslim – ADALAH hal lumar bahwa dalam hidup ada kebahagiaan dan ada kesengsaraan. Dua-duanya datangnya dari Allah SWT yang harus dijalani umat manusia.
Dalam Islam sendiri dijelaskan ada emat tanda kebahagiaan, yaitu wanita shalihah, tempat tinggal luas, tetangga shalih, dan kendaraan yang nyaman. Hal ini sebagaimana a’ad bin Abi Waqas berkata: Rasulullah saw bersabda:
Dari Sa’ad bin Abi Waqas berkata: Rasulullah saw bersabda: “Ada empat (tanda) kebahagiaan :Wanita shalihah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang shalih, dan kendaraan yang nyaman. Dan empat (tanda) kesengsaraan : Tetangga yang buruk, wanita yang buruk, tempat tinggal yang sempit, dan kendaraan yang buruk”. (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban).
Selama ini banyak pendapat mengenai definisi kebahagiaan itu sendiri. Para filosof pun berbeda, contohlah Nietzsche yang menganggap kebahagiaan adalah ketika kekuatan yang kita punyai bertambah. Socrates dari Yunani kuno mengatakan bahwa kebahagiaan itu adalah ketika kita mampu menikmati kekurangan yang ada.
Sementara jika ditelisik kata kebahagiaan dalam Alquran diwakili oleh kata sa’idun, salah satunya dalam surat Hud 105 dan 108:
“Di kala datang hari itu, tidak ada seorangpun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya; maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia (105) …dan orang-orang yang berbahagia ada di dalam surga… (108).
Kedua ayat tersebut konteksnya adalah kebahagiaan di surga yang tidak dapat dilepaskan dari amal perbuatan manusia di dunia.