الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Dalam ayat lain, “(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Ali Imran: 134).
وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
Selanjutnya, “Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (Al-Furqan:63).
Saat seseorang marah, maka tubuhnya akan bergejolak dan tekanan darahnya naik sehingga ia mudah terserang penyakit, baik fisik maupun psikis. Sejumlah riset ilmiah menyimpulkan bahwa amarah yang berkelanjutan dapat mengurangi usia manusia. Oleh sebab itu Nabi menganjurkan kaum muslim agar menghindari sifat pemarah.
Seseorang layak marah jika kesucian atau hukum Allah ada yang dilanggar. Rasulullah bersabda kepada orang yang marah, “Jika salah seorang dari kalian marah, hendaknya ia diam.”
Beliau juga bersabda, “Hendaknya seorang dari kalian tidak memutuskan hukum di antara dua orang yang bertikai dalam keadaan marah.” (HR. Muslim).
Alquran menggambarkan amarah dengan kekuatan setan yang mengalahkan manusia dan mendorongnya melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. Saat marah, Nabi musa A.S melemparkan Lauh (kitab Taurat) dan menarik kepala adiknya. Namun, saat kemarahannya reda, Nabi Musa kembali mengambil Lauh tersebut.
Allah Berfirman, “Sesudah amarah Musa menjadi reda, lalu di ambilnya kembali lauh-lauh (Taurat) itu dan dalam tulisannya terdapat petunjuk dan rahmat untuk orang-orang yang takut kepada Tuhannya.” (Al-A’raf: 154).
Seakan-akan amarah adalah bisikan setan yang mendesak Musa untuk melemparkan Lauh itu. Untuk menghindari amarah dibutuhkan kontrol jiwa disertai dengan iman yang kuat kepada Allah. Rasulullah memuji perilaku ini dalam hadisnya,
“Bukanlah orang yang kuat itu dengan kekuatan fisiknya, tetapi yang kuat adalah orang yang dapat menahan dirinya saat marah.”