“Sesungguhnya riya adalah syirik kecil.” (HR. Ahmad & Al-Hakim)
Begitu berbahayanya penyakit riya ini maka banyak orang berbondong-bondong mencari ilmu dan pelajaran tentangnya, apa saja kerugiannya, dalil-dalil yang melarangnya dan bagaimana cara agar terhindar dari penyakit riya ini. Meski demikian, manusia tetaplah manusia yang tak luput dari tipu daya syaitan.
Sebagai ilustrasi, mungkin pernah kita mendengar seseorang berkata, Bukannya saya riya, tapi kesuksesan ini adalah hasil dari kerja keras saya. Bukannya saya riya, tapi sejak saya rajin bersedekah saya merasa lebih tenang
Bukannya saya riya, tapi memang saya merasa ada yang kurang jika tidak bangun sholat malam
Kalimat pembuka bukannya saya riya inilah yang sesungguhnya membuka pintu riya tanpa sadar. Sebelum dirinya dituduh riya dia berupaya membela diri dengan mengatakan kata-kata ini. Dia ingin menutup-nutupi riya-nya tersebut dengan mengatakan bukannya saya riya.
Tanpa disadari seseorang yang merasa aman dengan kalimat-kalimat seperti ini sesungguhnya dia telah terjebak oleh talbis (perangkap) syaitan. Walaupun dia telah berusaha menutup dan mencegah riya dengan kata-kata itu namun hati manusia sangatlah lemah. Bahkan tidak menutup kemungkinan seseorang bisa menjadi lebih leluasa mengatakan kebaikan-kebaikan yang telah dilakukannya karena merasa telah mendapat perlindungan dari kata-kata itu. Dan tentu ini berbahaya karena semakin membuka peluang munculnya riya.
Oleh karena itu saudaraku, hendaklah seorang beriman itu hati-hati terhadap jebakan syaitan yang memang dibuat indah di mata manusia. Jangan sampai karena kita ingin terhindar dari riya kita mengatakan bukannya saya riya. Jangan sampai karena kita tak ingin berbuat sombong kemudian kita mengatakan bukannya saya sombong dan berbagai jenis kata basa basi lainnya yang sejatinya malah menegaskan bahwa seseorang itu hendak melakukan riya atau kesombongan.