Artinya, beliau mencium hajar aswad bukan karena untuk ngalap berkah, bukan karena penasaran dengan baunya, bukan pula karena memuliakannya. Para sahabat mencium hajar aswad, karena menngikuti praktek Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Artinya, mereka lakukan itu, dalam rangka mengamalkan sunah Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Dengan mengamalkan sunah nabi, umatnya akan mendapatkan pahala di akhirat. Itulah keberkahan bagi mukmin yang sejatinya.
Seperti itu yang diajarkan Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Sekalipun berupa batu dari surga, mereka tidak menyikapinya melebihi yang diajarkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Benda lain yang ada di kabah, jelas tidak bisa dibandingkan dengan hajar aswad. Karena benda-benda itu, ada di muka bumi. Bebatuan penyusun kabah, adalah bebatuan yang ada di sekitar masjidil haram. Demikian pula kayu-kayunya. Termasuk juga kain kiswah. Itu semua buatan manusia. Bahkan terdapat informasi bahwa benang kiswah diimpor dari Italia, untuk mendapatkan bahan terbaik. Kemudian dengan alasan apa kita ngalap berkah dengan kiswah atau bebatuan kabah. (Inilah)