Ketajaman Pena Ibnu Taimiyah
Ibnu Taimiyah terkenal dengan sebutan ulama atau guru yang konsisten dengan kebenaran Islam. Beliau juga sangat kritis terhadap pemerintah yang berkuasa pada masanya, apalagi berkaitan dengan kebijakan negara yang berseberangan dengan kepentingan Islam. Karena memang pada masa itu, pemerintahan dikuasai dan dipimpin oleh orang yang tidak benar dan berambisi memenuhi birahi semata. Fatwa-fatwa yang beliau kemukakan membuat pemerintah geram dan menuduh Imam Taimiyah sebagai pembuat kekacauan dan penghasut umat.
Karena kekritisan itulah yang menyebabkan Ibnu Taimiyah dipenjarakan sebanyak 4 kali. Setelah dibebaskan dari pada tahanan yang pertama, bukanya beliau berhenti bersikap kritis, namun justru tetap vokal dan mengingatkan penguasa dengan gagah berani. Akibatnya beliau dipenjarakan lagi oleh Sultan Baibar Al-Jaishankir dan diasingkan di Alexendria. Tetapi ketika penguasa Mesir berganti, beliau dibebaskan, bahkan diangkat menjadi penasihat Sultan Nasir Muhammad Bin Qaawun, penguasa pada waktu itu.
Walaupun Ibnu Taimiyah bertindak sebagai penasehat Sultan, bukan berarti beliau bungkam menyaksikan kemungkaran dan tetap mengeluarkan fatwa-fatwa keras untuk menyelamatkan umat. Akibatnya, Pada tahun 1318 M, Sultan Nasir mengirim sepucuk surat untuk Ibnu Taimiyah agar beliau jangan lagi berfatwa dengan fatwa yang bertentangan dengan Mazhab Hambali dan menentang kebijakan negara. Permintaan Sultan ditolaknya dan dia tetap mengeluarkan fatwa sebagai tanggung jawabnya pada umat. Makanya, Sultan marah dan memenjarakan Ibnu Taimiyah lagi di benteng Damaskus selama 5 bulan 18 hari.
Akhir Hayat Ibnu Taimiyah
Begitulah, perjalanan hidup Ibnu Taimiyah yang penuh dengan prahara. Penjara bagi dirinya bukan sesuatu yang berbahaya tetapi justru saat saat yang indah baginya untuk lebih dekat lagi dengan Khaliknya. Di penjara beliau tekun beribadah dan aktif menulis, mengungkapkan pikiran dan hatinya dalam bentuk tulisan.
Banyak buku yang di karang oleh Ibnu Taimiyah justru ketika, berada dalam penjara. Badannya saja yang terkurung, namun hati dan pikirannya melalang buana ke angkasa untuk mendapatkan hidayah yang berharga yang kemudian tertuang dengan bahasa yang indah dalam setiap risalah (buku) nya.
Ibnu Taimiyah meninggal dunia di Damaskus pada tahun 728 hijrah. Semoga Allah Swt, merahmati beliau atas jasa-jasanya yang berharga dalam memperjuangkan Islam dan mendidik umat menjadi umat yang mempunyai harga diri.
Dalam perjalanan hidupnya yang penuh tantangan dan rintangan justru menjadikan beliau sebagai seorang pejuang sejati yang tetap konsisten dalam menjaga prinsif kebenarannya.. Beliau adalah seorang guru kharismatik yang telah berjaya di hati dan diri umat Islam. Sampai hari ini pemikiran dan perjuangannya masih menginspirasi umat Islam dapat menggapai kebangkitan Islam yang hakiki. (Inilah)